KOMPAS.com - Penyakit tifus disebabkan oleh bakteri riketsia atau orientia.
Seseorang bisa terserang penyakit tifus dari tungau, kutu, atau kutu yang terinfeksi.
Mengoptimalkan kebersihan lingkungan terbukti dapat mencegah tifus, tetapi penyakit ini masih dapat terjadi di tempat-tempat dengan sanitasi dasar yang buruk atau jika ditularkan oleh hewan yang terinfeksi.
Dilansir dari WebMD, terdapat tiga jenis tifus yang masing-masing disebabkan oleh bakteri yang berbeda.
Jenis tifus murine ditularkan oleh kutu ke manusia jika kutu tersebut menggigit hewan yang terinfeksi, terutama tikus.
Baca juga: 5 Resep Obat Tradisional dari Sambiloto, Atasi Tifus hingga Diabetes
Tifus epidemi adalah varietas langka yang disebarkan oleh kutu tubuh yang terinfeksi.
Salah satu jenis epidemi tifus dapat ditularkan oleh tupai terbang yang terinfeksi, namun itu pun sangat jarang terjadi.
Jenis tifus scrub ditularkan oleh chiggers atau tungau yang terinfeksi.
Jenis tifus ini utamanya ditemukan di wilayah Asia Tenggara, Cina, Jepang, India, dan Australia utara.
Ketiga jenis tifus tersebut dapat diobati dengan antibiotik, tetapi tetap bisa disepelekan karena dapat menyebabkan penyakit serius.
Baca juga: Jangan Salah Lagi, Tipes atau Demam Tifoid Bukanlah Penyakit Tifus
Serangga dan parasit lainnya menyebarkan tifus murine dan tifus epidemi ketika mereka menggigit manusia dan meninggalkan kotoran yang mengandung bakteri pada kulit.
Saat bekas gigitannya digaruk, kotoran yang terinfeksi akan menyebar ke luka gigitan terbuka atau luka lain di permukaan kulit. Ini memindahkan bakteri tifus ke dalam aliran darah.
Sementara itu, seseorang bisa terkena tifus scrub jika tungau yang terinfeksi bakteri menggigit kulit, bahkan jika bekas gigitannya tidak digaruk.
Dengan jenis tifus apa pun, seseorang biasanya mulai merasa sakit sekitar 10 hari hingga 2 minggu setelah bakteri tifus masuk ke tubuh.
Adapun gejala penyakit tifus yang umum dialami adalah:
Baca juga: Sering Dikira Tifus, Apa Saja Gejala Spesifik Corona?