Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggrek Kantung di Indonesia Terancam Punah, Ini Kata Peneliti BRIN

Kompas.com - 21/01/2022, 17:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, bahwa anggrek kantung atau anggrek selop merupakan salah satu spesies anggrek di Indonesia yang terancam punah.

Menurut peneliti BRIN, dua penyebab tanaman genus Paphiopedilum itu terancam kelestariannya dikarenakan pengambilan secara berlebihan di alam (overcollection), serta penurunan kualitas habitat alaminya.

Ketua tim peneliti anggrek Paphiopedilum Kebun Raya Purwodadi BRIN, Destario Metusala menuturkan bahwa sejak tahun 2021 timnya telah meneliti tanaman ini.

Hal tersebut dilakukan untuk mengumpulkan informasi dasar dalam rangka perumusan strategi konservasi anggrek Paphiopedilum di Indonesia. 

Baca juga: Anggrek Hantu Gastrodia Bambu Bukan Lagi Endemik Jawa, Mengapa?

"Hasil kegiatan penelitian menunjukkan bahwa habitat alami beberapa spesies anggrek paphiopedilum semakin menyempit dan terancam oleh konversi fungsi lahan, terutama untuk perkebunan," papar Destario dikutip dari laman resmi BRIN, Rabu (19/1/2022).

Bahkan, seluruh spesies anggrek Paphiopedilum yang berasal dari alam termasuk kategori CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) appendix 1.

Sehingga, saat ini anggrek tersebut tidak diperbolehkan keluar dari negara asalnya, kecuali untuk keperluan non-komersial maupun penelitian, dan harus disertai dengan perizinan resmi serta pengawasan ketat dari pemerintah.

Destario menambahkan, ancaman kelestarian spesies tertentu juga semakin meningkat dikarenakan aktivitas pengambilan di alam secara berlebihan.

Untuk diketahui, anggrek Paphiopedilum merupakan genus anggrek terbanyak dengan total 15 spesies yang termasuk anggrek dilindungi, berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. 106 Tahun 2018.

Pelesatrian anggrek kantung memerlukan dukungan banyak pihak

Dijelaskan Destario, Indonesia memiliki sekitar 38 spesies Paphiopedilum yang tersebar dari Sumatera hingga Papua.

Tingginya keragaman anggrek Paphiopedilum serta status keterancamannya membuat para peneliti, dan penggerak konservasi anggrek dari berbagai negara memberikan perhatian khusus bagi upaya pelestarian anggrek Paphiopedilum di Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan BRIN, katanya, strategi konservasi terbaik untuk anggrek kantung tidak hanya melalui pendekatan aspek biologi saja, tetapi mencakup aspek sosial dan ekonomi.

Pelatihan dasar budidaya dan pemberian wawasan konservasi bagi para penggemar anggrek di sekitar habitat bisa menjadi salah satu program prioritas di tahun 2022.

Begitu pun dengan pembuatan database penggemar anggrek yang dapat diakses peneliti dan akademisi agar memudahkan interaksi multi-pihak dalam mendorong kegiatan riil penelitian serta pelestarian anggrek Paphiopedilum di berbagai daerah.

“Hal tersebut menjadi penting, mengingat laju degradasi kualitas habitat Paphiopedilum yang sedemikian cepat sehingga kegiatan penelitian dan penyelamatan perlu dipercepat,” tuturnya.

Baca juga: Mengenal 3 Spesies Anggrek Baru Endemik Aceh, Kalbar, dan Papua Barat

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com