Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Booster Johnson & Johnson Efektif 85 Persen Kurangi Rawat Inap, Studi Jelaskan

Kompas.com - 15/01/2022, 20:30 WIB
Mela Arnani,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi mengungkapkan bahwa vaksin booster Johnson and Johnson (J&J) 85 persen efektif mengurangi risiko rawat inap oleh varian Omicron selama 1 hingga 2 bulan setelah diterima.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan (SAMRC) Glenda Gray pada 14 Januari 2022.

“Kami melihat efektivitas vaksin 85 persen dan dipertahankan hingga dua bulan. Kami sangat senang melaporkan tingkat efektivitas vaksin yang sangat tinggi terhadap Omicron” ujar Gray seperti dikutip dari CNA.

Baca juga: 4 Jenis Vaksin Booster untuk Penerima Dosis Lengkap Sinovac, Apa Saja?

Penelitian melibatkan 477.234 petugas kesehatan yang semuanya telah divaksinasi dengan suntikan J&J. Dari jumlah tersebut, sebanyak 236.000 orang telah menerima suntikan booster dari jenis vaksin yang sama.

Studi melihat tingkat rawat inap di antara petugas kesehatan yang telah terinfeksi virus selama gelombang Omicron.

Hasilnya, suntikan booster mampu mengurangi rawat inap sebesar 63 persen dalam dua minggu pertama setelah mendapatkan vaksin, naik menjadi 85 persen setelah satu hingga dua bulan booster.

“Ini adalah bukti pertama efektivitas vaksin terhadap Omicron di dunia dengan menggunakan vaksin J&J,” lanjut Gray.

Baca juga: Dari Berbagai Jenis Masker, Ini yang Terbaik Mencegah Paparan Omicron

Di antara peserta dalam penelitian ini, terdapat sekitar 30.000 infeksi terobosan selama gelombang Omicron, dibandingkan dengan masing-masing hanya sekitar 11.000 pada gelombang sebelumnya yang didorong varian Delta dan Beta.

Studi juga menyoroti bahwa orang yang terinfeksi HIV lebih rentan dirawat di rumah sakit ketika terinfeksi Omicron, dibandingkan selama periode Beta dan Delta. Sebagai informasi, prevalensi HIV di Afrika Selatan sekitar 13 persen.

Adapun sejauh ini, pihak berwenang Afrika Selatan mempertahankan preferensi vaksin Pfizer yang telah diberikan sebanyak 21 juta dosis, tiga kali lipat dari sekitar 7 juta dosis vaksin J&J.

Namun, suntikan produksi Janssen secara logistik dianggap lebih mudah diberikan di daerah pedesaan terpencil, mengingat hanya disuntikkan dalam satu dosis atau rejimen dosis tunggal.

Baca juga: Laporan Terbaru WHO, 5 Studi Ungkap Efektivitas Vaksin Turun Terhadap Omicron

Vaksin Johnson & Johnson

Vaksin J&J atau Janssen dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutical Companies, yang menggunakan platform non-replicating viral vector atau vektor adenovirus.

Vaksin Janssen disuntikkan dengan dosis tunggal atau satu kali sebanyak 0,5 ml secara intramuskular.

Dari segi efikasinya, secara umum vaksin Janssen bisa mencegah semua gejala Covid-19 sebesar 67,2 persen.

Dituliskan laman Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), efek samping yang mungkin terjadi dari vaksin ini seperti nyeri, kemerahan, dan pembengkakan di sekitar area suntikan.

Baca juga: Kabar Baik, Vaksin Booster Johnson & Johnson Kurangi Rawat Inap akibat Omicron

Lebih lanjut, efek samping atau kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) yang dilaporkan meliputi:

  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Nyeri otot
  • Mual
  • Demam
  • Diare
  • Muntah
  • Telinga berdenging
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Kesemutan atau parethesia
  • Matirasa atau hipoestesia pada kulit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com