Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Hati, Penyakit Mematikan ke-4 di Indonesia yang Dijuluki The Silent Killer

Kompas.com - 09/12/2021, 19:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanker hati merupakan penyakit mematikan keempat di Indonesia dan disebut sebagai pembunuh senyap atau the silent killer.

Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan) 2020, kanker hati merupakan salah satu dari 4 penyebab kematian akibat kanker terbesar di Indonesia, dengan jumlah kasus mencapai 21.392 orang meninggal.

Dengan begitu, kanker hati merupakan salah satu tantangan kesehatan besar yang perlu diperhatikan di Indonesia.

Baca juga: Berisiko Kanker Hati, Pasien Hepatitis Harus Jalani Pemeriksaan Rutin

Hal ini tambah diperparah lagi dengan gejala kanker hati yang tidak dapat terdeteksi dengan mudah dan memiliki perburukan penyakit yang cepat.

Dengan kondisi itu, Direktur MRCCC Siloam Hospitals, dr Adityawati Ganggaiswari, M.Biomed mengatakan bahwa kanker hati ini juga sering menjadi penyebab kematian tanpa diketahui.

"Kanker hati seringkali disebut dengan the silent killer (pembunuh senyap)," kata Wati dalam diskusi daring bertajuk Peran Pemeriksaan Rutin untuk Deteksi Dini Kanker Hati, Sabtu (4/12/2021).

Namun, kata Wati, prevalensi penyakit kanker hati ini sebenarnya sangat mungkin untuk ditekan dengan kesadaran di masyarakat.

Di antaranya dengan deteksi dini, pencegahan dan pengobatan untuk menghentikan pembunuhan senyap ini sebelum terlambat.

Apa itu kanker hati?

Kanker hati adalah kanker yang tumbuh di sel-sel hati atau liver.

Hati adalah organ yang terletak di perut kanan atas. Organ paling besar di tubuh ini memiliki fungsi menetralkan racun, memproduksi protein, hingga membantu proses pembekuan darah.

Melansir Mayo Clinic, kanker hati bisa terjadi saat ada perubahan atau mutasi DNA sel hati.

Mutasi DNA sel hati menyebabkan pertumbuhan sel di organ vital ini tidak terkendali. Akibatnya, muncul tumor ganas.

Penyebab kanker hati ini bisa disebabkan infeksi hepatitis kronis. Namun, ada juga beberapa faktor risiko pemicu lainnya penyaki yang satu ini.

Di antaranya seperti siroris hati, penyakit liver, diabetes, fatty liver, terpapar racun tertentu, konsumsi alkohol berlebihan.

Munculnya kanker atau tumor ganas di hati bisa mengganggu hormon yang bekerja di organ sekitarnya.

Kondisi ini bisa menyebabkan kadar kalsium tinggi, gula darah rendah, payudara bengkak, testis menyusut, sel darah merah meningkat dan kadar kolesterol tinggi.

Pentingnya deteksi dini kanker hati

Para ahli meyakini, bahwa kunci utama keberhasilan penanganan kanker hati adalah dengan ditemukannya kanker dalam stadium dini sehingga dapat ditangani secara optimal.

Namun, kurangnya pemahaman terhadap faktor risiko serta kesadaran atas pentingnya pemeriksaan rutin menjadi tantangan dalam penanganan kanker hati, sehingga sebagian besar pasien datang dan terdiagnosis dalam stadium lanjut.

Spesialis Hemato-Onkologi Medik, MRCCC Siloam Hospitals, Prof Dr dr Aru W Sudoyo SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan, masyarakat harus mengerti bahwa pemeriksaan rutin pada individu yang memiliki faktor risiko sangat penting untuk dilakukan mengingat penyakit kanker hati ini progesinya atau perburukan penyakit cukup berat.

"Selain surveilans, pengobatan kanker hati yang dilakukan secara optimal pada pasien yang sudah terdiagnosis kanker hati juga penting untuk meningkatkan harapan hidup," ujarnya.

Di Indonesia, berbagai macam modalitas terapi di Indonesia sudah tersedia untuk kanker hati stadium dini dan stadium lanjut, termasuk yang paling inovatif yaitu imunoterapi untuk kanker hati yang bekerja dengan cara membangkitkan sistem imun di dalam tubuh pasien sendiri untuk melawan sel kanker.

Baca juga: Kegemukan dan Diabetes, Tingkatkan Risiko Kanker Hati 2 Kali Lipat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com