Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Saja Tantangan Merawat Anak dengan HIV?

Kompas.com - 03/12/2021, 18:00 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Merawat anak dengan HIV tentu bukan hal yang mudah dan memiliki tantangan tersendiri. Sebab tak berbeda dengan orang dewasa, anak juga harus mengonsumi obat ARV untuk menekan pertumbuhan virus dalam tubuhnya.

Menurut dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K), MARS dari RSAB Harapan Kita, merawat anak dengan HIV membutuhkan kedisiplinan dan konsistensi dari orangtua yang mendampinginya.

"Anak belum bisa mandiri padahal obat Anti Retroviral ini harus diminum seumur hidup dan tak boleh terlewat," kata Endah dalam acara Tantangan dalam Merawat Anak Terinfeksi HIV yang diadakan Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, Kamis (2/12/2021).

Baca juga: Hari AIDS Sedunia, Kenali Gejala HIV sejak Minggu Pertama Terinfeksi

Dengan meminum obat ARV secara rutin, perkembangan HIV di tubuh anak bisa ditekan. Sementara menunda pengobatan justru akan membuat virus makin berkembang dan menimbulkan gejala infeksi berulang.

Pada anak, gejala Infeksi yang berulang ini antara lain pnemonia berulang, diare yang tak kunjung sembuh, berat badan tak naik, serta jamur di mulut.

"Jika pengobatan tak dilakukan maka ada potensi munculnya gejala oportunistik yang lebih parah, jika sudah berat bisa terjadi infeksi otak hingga kanker," kata Endah

Pasien anak dengan HIV juga harus mengonsumsi 3 jenis obat yang menurut Endah cukup menyulitkan. Ia pun berharap kedepannya akan ada banyak pilihan-pilihan obat untuk anak atau metode pengobatan lainnya.

Seperti misalnya saja suntikan yang diberikan berkala kepada anak sehingga memudahkan dan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

"Anak dengan HIV sangat bergantung dengan orang tua atau pengasuhnya. Jadi pastikan mereka untuk konsumsi obat secara teratur, pastikan untuk melengkapi imunisasi dan menjaga prokes selama pandemi untuk mengoptimalkan pertumbuhan mereka," papar Endah.

Cegah infeksi HIV pada anak

Infeksi HIV pada anak ini sebenarnya bisa dicegah sedari dini yaitu dengan peran aktif ibu melakukan pemeriksaan HIV. Sebab menurut Endah, kebanyakan kasus penularan ini terjadi melalui ibu hamil kepada calon bayi yang akan dilahirkan.

Baca juga: Hari AIDS Sedunia, Apa Bedanya HIV dengan AIDS?

Hanya saja pemeriksaan HIV masih belum menjadi prioritas, salah satunya karena stigma di masyarakat. Jika ada seseorang yang melakukan pemeriksaan HIV dicap melakukan perilaku yang negatif.

Hal tersebut akhirnya membuat penanganan HIV di Indonesia tak berjalan dengan lancar.

"Butuh edukasi lebih banyak lagi. Jangan sampai anak terdeteksi HIV ketika sudah parah," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com