Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Long Covid, Indra Penciuman Jutaan Penyintas Tak Kunjung Pulih

Kompas.com - 22/11/2021, 08:02 WIB
Zintan Prihatini,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Gejala Covid-19 yang paling umum salah satunya adalah anosmia atau hilangnya kemampuan mencium.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi pasien Covid-19 yang memiliki gejala tersebut.

Pasalnya, menurut sebuah studi yang dipublikasikan di JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgery, diperkirakan sebanyak 700.000 hingga 1,6 juta orang di Amerika Serikat yang terinfeksi virus corona mengalami gangguan indra penciuman selama lebih dari enam bulan.

Namun, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St Louis memperkirakan jumlahnya mungkin lebih dari itu.

Baca juga: Bayi yang Belum Lahir Bisa Tertular Covid-19 tapi Jarang Terjadi, Studi Jelaskan

Para peneliti menganggap kondisi ini sebagai masalah yang serius. Sebagai perbandingan, data sebelum pandemi tercatat hanya 13,3 juta orang berusia 40 tahun ke atas yang mengalami disfungsi penciuman (OD) atau disfungsi penciuman kronis (COD).

"Data ini menunjukkan kekhawatiran kesehatan masyarakat yang muncul tentang OD dan kebutuhan mendesak bagi penelitian yang berfokus pada pengobatan COD Covid-19," tulis peneliti dalam studi tersebut, dilansir dari CNN, Kamis (18/11/2021).

Sementara itu, penelitian tahun 2020 menunjukkan bahwa sebanyak 72 persen pasien Covid-19 dapat memulihkan indra penciumannya setelah sebulan, tetapi tidak berlaku pada sebagian pasien lainnya.

John Hayes, direktur di Sensory Evaluation Center di Penn State's College of Agricultural Sciences, mengatakan, beban penyakit ini akan berlangsung lama hingga beberapa dekade ke depan.

Kehilangan kemampuan pada indra penciuman mungkin terdengar sepele dibandingkan dengan gejala long Covid seperti kelelahan kronis atau masalah jantung.

Kendati demikian, Hayes menegaskan bahwa efek samping Covid-19 ini bisa dialami pada jutaan orang dan bisa membahayakan.

Misalnya, pada studi tahun 2014 yang menemukan orang dengan anosmia dua kali lebih berisiko makan makanan basi dan rentan mengalami depresi.

"(Efek Covid-19) ini benar-benar terkait dengan nafsu makan dan hubungan sosial, seperti orang yang kehilangan indra penciumannya mungkin tidak dapat mengetahui jika mereka memiliki bau badan, dan juga dapat memengaruhi pola makan," ujar Hayes.

Lebih lanjut, dia berkata, berdasarkan penelitian yang dilakukannya, pasien Covid-19 telah mengalami tiga jenis gangguan penciuman jangka panjang yang berbeda.

  • Pertama, beberapa orang mengalami kemampuan indra penciuman yang berkurang.
  • Kedua, mengalami penciuman yang mati, di mana seseorang salah mengenali bau.
  • Ketiga, mencium aroma yang sebenarnya tidak ada seperti bahan kimia maupun bau terbakar yang disebutnya sebagai 'sindrom tungkai hantu'.

Ahli neurobiologi di Harvard Medical School, Dr Sandeep Robert Datta, telah mempelajari mengapa pasien Covid-19 kehilangan indra penciuman. Dia berkata, penelitian tentang hal ini sangat penting dilakukan.

"Kami tidak pernah benar-benar memiliki perkiraan secara resmi mengenai berapa banyak orang yang telah berjuang dengan (gejala) ini," jelas Datta.

Baca juga: Pengobatan Long Covid Belum Ditemukan Meski Gejala Sudah Dikenali

"Ini adalah peristiwa yang sangat tidak biasa dalam hal disfungsi penciuman dan efek yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pandemi yang belum pernah benar-benar diamati sebelumnya," tambahnya.

Di sisi lain, kehilangan kemampuan mencium juga disebabkan bertambahnya usia. Studi menemukan bahwa sebanyak 60-70 persen lansia memiliki mengalami disfungsi penciuman.

Sejauh ini para ahli tidak tahu secara pasti mengapa kemampuan indra penciuman orang yang terinfeksi corona bisa menghilang. Penelitian lebih lanjut terkait hal ini pun tengah dilakukan.

"Masih banyak misteri tentang apa yang terjadi, dan di banyak laboratorium termasuk laboratorium saya, kami terus meneliti masalah ini," ungkap Datta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com