Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peni Ahmadi, Peneliti yang Temukan Potensi Obat Kanker Payudara dari Biota Laut

Kompas.com - 12/11/2021, 11:00 WIB
Zintan Prihatini,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti perempuan Indonesia menjadi salah satu pemenang program pendanaan yang diselenggarakan oleh L’Oréal Indonesia dan UNESCO. Sosok peneliti tersebut bernama Peni Ahmadi.

Dia merupakan peneliti di Pusat Riset Bioteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Peni meneliti senyawa bioaktif dari invertebrata laut di Indonesia yang berpotensi sebagai obat kanker payudara.

Melalui acara Inagurasi dan Konferensi Media L’Oréal-Unesco For Women In Science National Fellowship 2021 yang diadakan pada Rabu (10/11/2021) Peni mempresentasikan hasil penelitiannya terkait pemanfaatan biota laut sebagai antikanker.

Baca juga: LOréal dan UNESCO Dukung Penuh Para Peneliti Perempuan di Indonesia

"Di Indonesia, ada tiga kanker yang mendominasi, yaitu kanker payudara, kemudian ada kanker paru-paru, kanker usus," ujarnya.

Lebih lanjut, Peni menjelaskan, berdasarkan data tahun 2018 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tercatat pada tahun 2002 kasus kanker payudara di Indonesia mencapai 25.000 kasus.

Lalu, pada tahun 2012 dilaporkan jumlah penderita kanker di Indonesia meningkat tajam, jumlahnya hampir 50.000 kasus.

"Dengan demikian dapat diprediksi pada tahun 2022 mendatang jumlah penderita kanker payudara di Indonesia bisa saja mencapai 100.000 kasus, cukup miris bahwa perempuan masih rentan untuk terpapar kanker payudara," paparnya.

Dia berkata, Indonesia memiliki kekayaan laut yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan obat untuk berbagai penyakit, termasuk kanker payudara.

Sementara laut menyimpan kekayaan yang luar biasa yang belum banyak dianalisis, biota laut berpotensi menjadi obat anti-infeksi, dan antikanker payudara.

Saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/11/2021) Peni mengungkapkan bahwa pada awalnya penelitiannya bermula dari pengalaman pribadi, di mana beberapa teman terdekatnya terkena kanker payudara.

"Alasan yang mendasar kenapa saya tertarik dengan kanker payudara karena menemukan teman-teman dekat yang mengalami kanker payudara. Ada yang sampai meninggal, ada juga yang harus diangkat (payudaranya)," katanya kepada Kompas.com.

Hal ini mendorong alumni Universitas Ryukyus Jepang ini untuk meneliti potensi biota laut sebagai obat antikanker. Terlebih, dia menambahkan, rata-rata perempuan di Indonesia baru mengetahui bahwa mereka terkena kanker saat sudah stadium lanjut.

Proses penelitian obat antikanker dari biota laut

Proses penelitian obat kanker ini tentu tidak singkat, penelitian diawali dengan pencarian sampel biota laut, kemudian sampel tersebut akan mengekstrak dan mengisolasi senyawa bahan aktif.

Tahap selanjutnya yaitu menentukan struktur dari senyawa bioaktif yang telah diisolasi. Setelahnya para peneliti akan menguji obat antikanker, membuat kompleks senyawa bioaktif untuk dilakukan pada targeted theraphy.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com