Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merck, Sharp & Dohme Ajukan Izin Darurat Obat Covid-19 Molnupiravir

Kompas.com - 12/10/2021, 19:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber NPR

KOMPAS.com - Produsen obat Merck, Sharp & Dohme (MSD) asal AS mengajukan izin penggunaan darurat untuk obat Covid-19 Molnupiravir kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).

Jika disetujui FDA, molnupiravir akan menjadi obat oral pertama untuk mengobati Covid-19. Sejauh ini, obat untuk Covid-19 memerlukan infus atau suntikan.

Karena berbentuk pil, obat molnupiravir dapat memudahkan pasien Covid-19 untuk mengonsumsinya di rumah.

Selain itu, hasil uji klinis sementara yang dilaporkan Jumat (1/10/2021) menunjukkan bahwa obat ini mampu mengurangi risiko masuk ke rumah sakit atau meninggal karena Covid-19 hingga 50 persen.

Baca juga: Obat Covid-19 Molnupiravir Dilirik Indonesia, Pil Apa Itu?

Dengan bukti tersebut, peneliti molnupiravir meyakini obat ini mampu mengurangi beban rumah sakit dan membantu mengekang wabah Covid-19 di negara-negara miskin dengan sistem perawatan kesehatan yang lemah.

Dilansir NPR, Senin (11/10/2021), FDA akan meneliti data MSD tentang keamanan dan efektivitas obat molnupiravir sebelum memberikan keputusan.

MSD dan koleganya Ridgeback Biotherapeutic mengatakan, pihaknya secara khusus mengajukan izin penggunaan darurat (EUA) molnupiravir untuk orang dewasa yang terinfeksi Covid-19 ringan hingga sedang, dan berisiko gejalanya memburuk atau memerlukan rawat inap.

"Karena molnupiravir berbentuk pil, pasien Covid-19 tidak perlu ke rumah sakit untuk minta infus. Ini bisa dilakukan di rumah," kata Dr. Nicholas Kartsonis, wakil presiden senior unit penyakit menular Merck.

"Saya pikir molunipiravir penting dimasukkan ke ke kotak obat."

Seperti diberitakan sebelumnya, MSD melaporkan bahwa molnupiravir mampi menekan risiko rawat inap atau kematian hingga 50 persen. Uji klinis tersebut sebenarnya belum selesai, dan seharusnya baru rampung bulan November nanti.

Namun karena hasil sementara yang menjanjikan itu, para ahli medis independen yang memantau uji coba merekomendasikan untuk menghentikan uji klinisnya lebih awal.

Efek samping molnupiravir serupa antara pasien yang mendapat obat dengan mereka yang berada di kelompok perima pil tiruan atau plasebo dalam penelitian.

Namun MSD belum secara terbuka merinci jenis masalah yang dilaporkan, yang akan menjadi bagian penting dari tinjauan FDA.

Baca juga: Ahli Farmasi Optimistis Molnupiravir Bisa Jadi Alternatif Penanganan Covid-19

Sejak awal pandemi, para ahli kesehatan telah menekankan perlunya pil yang nyaman.

Tujuannya adalah mencari obat yang mirip dengan Tamiflu, obat flu berusia 20 tahun yang memperpendek penyakit satu atau dua hari dan menumpulkan keparahan gejala seperti demam, batuk, dan hidung tersumbat.

Tiga obat antibodi yang disahkan FDA telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi kematian akibat Covid-19, tetapi harganya mahal, sulit diproduksi, dan memerlukan peralatan khusus serta profesional kesehatan untuk mengirimkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber NPR
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com