Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WASP-76b, Eksoplanet Ekstrem dengan Hujan Besi dan Suhu 2.000 Derajat Celcius

Kompas.com - 11/10/2021, 20:35 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Planet di luar Tata Surya atau sering disebut sebagai eksoplanet, selama ini juga menjadi sumber penelitian para peneliti karena memberikan pandangan mengenai dunia lain. Salah satunya adalah WASP-76b, eksoplanet seukuran Jupiter.

Namun, bukan soal ukuran masifnya saja yang menarik. Planet ini rupanya punya suhu permukaan siang hari yang sangat panas, bahkan cukup untuk menguapkan besi.

Suhu dipermukaan WASP-76b diperkirakan sekitar 2.246 Celcius di sisi siang hari.

Sementara kondisi malamnya pun tak kalah ekstrem, yakni guyuran hujan besi yang melanda di waktu tersebut.

Baca juga: Untuk Pertama Kali, Astronom Temukan Aktivitas Tektonik di Eksoplanet

Tapi dalam sebuah penelitian baru, kondisi itu masih bisa lebih ekstrem lagi. Peneliti menyebut suhu permukaan masih berpotensi lebih panas lagi. Selain itu peneliti juga menemukan kandungan sodium dan kalsium terionisasi.

"Kami melihat begitu banyak kalsium. Tanda spektral kalsium terionisasi ini dapat menunjukkan bahwa eksoplanet memiliki angin atmosfer atas yang sangat kuat atau suhu atmosfer di planet tersebut jauh lebih tinggi dari yang kita duga," ungkap Emily Deibert, astrofisikawan dari University of Toronto Kanada.

Mengutip Science Alert, Senin (11/10/2021) WASP-76b atau yang juga dikenal dengana nama Jupiter panas ini orbitnya hanya membutuhkan 1,8 hari Bumi. Jaraknya sekitar 640 tahun cahaya dari posisi kita di alam semesta.

Dalam studi baru ini para peneliti menggunakan data dari Gemini North Telescope di Hawaii untuk melihat suhu sedang di WASP-76b, yang merupakan perbatasan antara siang dan malam.

Peneliti menggunakan proses spektrosopi transit, di mana cahaya bintang planet eksoplanet bersinar melalui atmosfernya sepanjang perjalanan kembali ke Bumi.

Kualitas dan komposisi cahaya itu memungkinkan peneliti membuat perhitungan tentang atmosfer pada berbagai kedalaman yang berbeda.

Dalam kasus ini, tim mampu mengidentifikasi tiga garis spektral langka yang menunjukkan adanya kalsium terionisasi.

“Sungguh luar biasa bahwa dengan teleskop dan instrumen saat ini, kita sudah dapat belajar banyak tentang atmosfer mulai dari penyusun, sifat fisik, keberadaan awan, dan bahkan pola angin skala besar dari planet yang mengorbit bintang ratusan tahun cahaya jauhnya, " kata Ray Jayawardhana astronom dari Cornell University di New York.

Lebih lanjut, teknik spektroskopi ini juga memungkinkan para astronom untuk menemukan jenis rahsia tentang planet eksoplanet yang berjarak ratusan tahun cahaya atau lebih.

Baca juga: Apakah Ada Planet Lain di Luar Tata Surya Kita?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com