Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Iklim Masa Lampau Berkontribusi untuk Memahami Perubahan Iklim Saat Ini

Kompas.com - 10/10/2021, 16:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli menyebutkan, bahwa penelitian iklim masa lampau dapat dijadikan pembelajaran dan dikontibusikan dalam memahami perubahan iklim masa kini.

Hal ini disampaikan oleh Peneliti Bidang Geologi Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI BRIN, Profesor Riset Sri Yudawati Cahyarini dalam Orasi Ilmiah Profesor Riset, Jumat (1/10/2021).

Menurut Sri, dunia mengalami pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim di berbagai belahan dunia.

Baca juga: Laporan PBB soal Perubahan Iklim Jadi Peringatan Kode Merah untuk Manusia

Fenomena iklim seperti El Nino Southern Oscilliation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) misalnya, bisa menyebabkan bencana seperti kekeringan, banjir, atau kebakaran hutan yang memengaruhi perekonomian suatu negara.

Memahami fenomena iklim ENSO dan IOD sangat krusial sebagai bagian dari upaya mitigasi sekaligus adaptasi bencana iklim.

Perubahan iklim berupa berubahnya pola curah hujan, suhu dan lain sebagainya berdampak pada perubahan frekuensi fenomena iklim dan frekuensi siklon tropis.

Ini memerlukan biaya ekonomi yang tinggi, pengeluaran pemerintah untuk perubahan iklim pada kurun waktu 2016-2019 tercatat sekitar 300 triliun rupiah.

Pendataan dan riset arsip iklim masa lampau

Sri menjelaskan, studi iklim masa lampau (paleoclimate) mampu menyediakan data iklim dari masa kini sampai masa lampau, di mana tidak tersedia data pengukuran.

Namun, studi iklim masa lalu atau studi paleoclimate bisa menyediakan data dan informasi parameter iklim dari masa kini ke masa lampau.

"Data paleoclimate ini dapat digunakan untuk verifikasi data model prediksi iklim supaya lebih akurat, sehingga dapat mendukung kegiatan adaptasi dan mitigasi ilim lebih baik," jelasnya.

Data-data tersebut terekam pada arsip alam seperti sedimen laut, sedimen danau, lingkaran pohon, karang, dan sebagainya.

Salah satunya, studi dilakukan dengan menggunakan arsip karang Scleractinia atau disebut juga karang batu dari genus Porites.

Karang jenis Porites merupakan salah satu arsip alam yang banyak dijumpai di Indonesia.

Baca juga: Bisakah Perubahan Iklim Membuat Manusia Punah?

Karang Porites merupakan salah satu "alat" yang dapat digunakan untuk menyajikan situasi iklim masa lampau sampai resolusi bulanan.

Kandungan geokimia karang Porites mampu merekam  variabilitas parameter iklim seperti suhu permukaan laut, salinitas, dan presipitasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com