Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan, Lebih dari 5 Miliar Orang Kesulitan Akses Air Tahun 2050

Kompas.com - 08/10/2021, 16:02 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - PBB memperingatkan lebih dari lima miliar orang dapat mengalami kesulitan mengakses air pada tahun 2050.

PBB pun mendesak pemimpin untuk mengambil inisiatif pada KTT COP26.

Sebelumnya, menurut laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB pada tahun 2018, sekitar 3,8 miliar orang memiliki akses air yang tak memadai setidaknya selama satu bulan per tahun.

Baca juga: Lebih dari 139 Juta Penduduk Dunia Terdampak Perubahan Iklim dan Covid-19 Sekaligus

"Kita harus sadar akan krisis air yang mengancam," kata Petteri Taalas, kepala WMO seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (7/10/2021).

WMO menekankan bahwa selama 20 tahun terakhir, tingkat air yang tersimpan di darat baik itu di permukaan, di bawah permukaan, salju, dan es telah turun dengan kecepatan satu sentimeter per tahun.

Penurunan air terbesar terjadi di Antartika dan Greenland. Tetapi banyak lokasi lintang rendah yang berpenduduk padat juga mengalami kehilangan air yang signifikan meski sebelumnya daerah tersebut secara tradisional menyediakan pasokan air.

WMO juga menyebut ada konsekuensi besar menyangkut stok air. Sebab hanya 0,5 persen air di Bumi yang dapat digunakan dan menyediakan air tawar.

"Peningkatan suhu mengakibatkan perubahan curah hujan global dan regional yang menyebabkan pergeseran pola curah hujan dan musim pertanian. Hal tersebut berdampak besar pada ketahanan pangan, kesehatan, dan kesejahteraan manusia," ungkap Taalas.

Sementara itu, bahaya terkait air juga telah meningkat frekuensinya selama 20 tahun terakhir.

Sejak tahun 2000, bencana terkait banjir telah meningkat sebesar 134 persen dibandingkan dengan dua dekade sebelumnya.

"Kami memiliki tujuh persen lebih kelembaban di atmosfer karena pemanasan saat ini dan itu juga berkontribusi terhadap banjir," kata Taalas.

Sebagian besar kematian terkait banjir dan kerugian ekonomi pun tercatat di Asia. Sistem peringatan banjir sungai pun menurut WMO perlu dilakukan penguatan.

Pada saat yang sama, telah terjadi peningkatan sekitar 30 persen dalam hal jumlah dan durasi kejadian kekeringan sejak tahun 2000. Afrika menjadi benua paling parah terkena dampaknya.

Baca juga: Data Dua Dekade Tunjukkan Bumi Meredup karena Perubahan Iklim

Taalas pun mendesak negara-negara di COP26 untuk segera mengambil tindakan. Sebab sebagian besar pemimpin dunia berbicara tentang perubahan iklim beserta risikonya tetapi tindakan masih kurang.

"Kami tidak bisa menunggu selama beberapa dekade untuk mulai beraksi," papar Taalas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com