Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hipertensi Emergensi, Gejala, dan Perawatannya

Kompas.com - 01/10/2021, 13:30 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.comHipertensi emergensi adalah kondisi tekanan darah tinggi yang ekstrem. Hipertensi emergensi ditandai dengan kenaikan tekanan sistolik lebih dari 180 mmHg dan diastolik lebih dari 120 mmHg.

Kondisi tersebut biasanya memicu kerusakan salah satu organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, atau pembuluh darah. Oleh karena itu, hipertensi emergensi merupakan kondisi gawat darurat.

Jika kondisi tekanan darah seperti itu tanpa disertai kerusakan organ, maka disebut dengan hipertensi urgensi. Tekanan darah bisa diatasi dengan obat-obatan dan akan turun dalam beberapan jam.

Namun, jika disertai kerusakan organ, kondisi ini dinamakan hipertensi emergensi. Hipertensi emergensi memiliki risiko yang lebih serius dan bisa mengancam jiwa.

Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah berada di atas 130/90 mmHg. Sedangkan tekanan darah yang normal adalah 120/80 mmHg.

Angka tersebut menunjukkan tekanan pada jantung. Angka pertama, yaitu tekanan sistol, menunjukkan tekanan ketika jantung berdetak dan memompa darah. Angka kedua, yaitu tekanan diastol, adalah tekanan ketika jantung beristirahat diantara detak jantung.

Menurut American Heart Association, tekanan darah di atas 180/120 mmHg merupakan kondisi yang harus segera ditangani.

Baca juga: 8 Macam Obat Hipertensi, Mana yang Terbaik

Gejala hipertensi emergensi

Dilansir dari Verywell Health, berikut adalah gejala hipertensi emergensi:

  • Sakit kepala
  • Pandangan kabur hingga kehilangan penglihatan
  • Kebingungan
  • Kecemasan parah
  • Mual
  • Muntah
  • Napas pendek
  • Kejang
  • Bengkak di pergelangan kaki
  • Kehilangan kesadaran

Penatalaksanaan hipertensi emergensi

Merawat pasien yang mengalami hipertensi emergensi harus dilakukan di ruang rawat intensif atau intensive care unit (ICU). Obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah akan diberikan melalui intravena.

Pasien harus ditempatkan di ICU agar lebih mudah memantau tekanan darah secara berkala. Tekanan darah tidak boleh turun terlalu cepat.

Selain itu, penting untuk memantau jika terdapat kerusakan organ lebih lanjut dan melakukan perawatan akan kerusakan tersebut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com