Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Acara Pernikahan Leslar, Ahli Media Benarkan Adanya Kebohongan Publik

Kompas.com - 01/10/2021, 11:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pakar media dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nina Widyawati, mengatakan, persoalan utama kasus Lesti Kejora dan Rizky Billar bukanlah tentang pernikahan siri dan penayangan acara akad kedua kalinya di televisi; tapi soal kepercayaan dan kebohongan publik.

Seperti diketahui, Lesti dan Billar mengumumkan telah menikah secara siri sejak bulan Januari 2021 lalu. Pengumuman itu dikeluarkan ketika Lesti diisukan hamil duluan. Padahal, rangkaian acara akad disiarkan secara langsung di televisi pada 19 Agustus 2021.

Hal ini pun membuat netizen marah karena merasa dikhianati. 

Kepada Kompas.com, Nina menjelaskan bahwa sikap netizen yang marah akan kabar ini merupakan hal yang wajar, karena apa yang dilakukan Leslar adalah kebohongan publik. 

Baca juga: Kenapa Netizen Marah soal Leslar Menikah Siri? Ahli Media LIPI Jelaskan

"Jika ditanya apa ruginya netizen jika Leslar sudah menikah duluan? Acara yang dipermasalahkan adalah akad nikah yang dilakukan secara live," ujarnya.

Sebagai penggemar, masyarakat atau netizen bukan sedang bergantung pada kehidupan orang lain, tetapi cenderung mencari panutan.

"Publik memiliki trust (kepercayaan) terhadap tokoh yang dianut. Ketika orang yang diberi kepercayaan untuk dianut tidak sesuai kenyataan, publik marah," kata dia.

Selain persoalan kepercayaan terhadap tokoh publik, ada pula masalah etik yang menyangkut penayangan acara akad nikah Leslar di televisi.

Nina menegaskan, secara umum kebohongan tidak bisa diterima masyarakat, apalagi bila dilakukan pada publik yang jumlahnya banyak. Hal ini bisa menjadi preseden yang kurang baik pada acara live yang akan datang.

Baca juga: Lewat Leslar, Ketahui Efek Digital Bullying dan Cara Menanganinya

"Ingat ya, acara (pernikahan Leslar) tersebut, ada yang disiarkan di media penyiaran yang menggunakan frekuensi publik saja sudah tidak etis. Apalagi frekuensi publik digunakan untuk menyebarkan berita bohong," tegasnya.

Oleh karena itu, apa yang disajikan dan terjadi dalam kasus Leslar ini bukanlah persoalan tidak sesuai ekspektasi penggemar, penonton atau masyarakat saja. Namun, juga masalah kebohongan publik.

Selanjutnya, netizen juga bisa merasa ingin marah karena sudah menghabiskan kuota internet serta waktu untuk menonton acara pernikahan Leslar yang digelar di televisi. Padahal itu, bukanlah acara resmi pernikahan pertama.

"Persoalannya, acara tersebut bukan diberi judul sebagai reality show melainkan liputan langsung," tambahnya.

Baca juga: Pernikahan Lesti Kejora dan Rizky Billar, Mengapa Acara Pribadi Selebriti Masih Marak Disiarkan Langsung?

Nina menjelaskan bahwa walaupun reality show merupakan kisah nyata kehidupan sehari-hari, tetapi dalam produksinya reality show menggunakan skenario. Sementara itu, acara liputan langsung tidak menggunakan skenario yang ketat. 

Ditambah lagi acara lamaran disiarkan di platform digital, sehingga Nina berkata bahwa kejadian ini bisa dikenakan UU ITE yang mengatur tentang berita bohong.

"Makanya, acara yang dibuat harus disesuaikan dengan nama acara atau genre-nya," tuturnya.

Belajar dari permasalahan ini, Nina mengingatkan agar masyarakat ke depannya tidak terlalu mudah mempercayai tokoh dan kisahnya dalam berbagai serial di televisi, apalagi jika sudah tahu bahwa serial atau program tersebut hanyalah buatan atau setting-an saja.

"Pada acara setting-an, memang masyarakat harusnya tidak menaruh trust (kepercayaan) pada si tokoh, mereka tahu itu hiburan,"  jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com