Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Benda Langit Mini yang Menumbuk Planet Gergasi

Kompas.com - 24/09/2021, 18:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBUTIR benda langit telah menumbuk Jupiter beberapa hari lalu. Kejadian ini merupakan peristiwa tumbukan benda langit ke–13 di Jupiter yang pernah disaksikan umat manusia sepanjang sejarah astronomi. Peristiwa ini juga mengungkap peran lain Jupiter, sebagai perisai kosmik bagi sebagian tata surya lainnya.

Kilatan cahaya tumbukan

Butuh banyak keberuntungan untuk mengungkap peristiwa langka dalam semesta kala menyapu langit. Keberuntungan itulah yang dimiliki Jose Luis Pereira (Brazil) dan sembilan astronom amatir lainnya di Amerika Selatan dan Eropa pada Selasa 14 September 2021 fajar pukul 05:39 WIB.

Mereka secara terpisah mendeteksi sekedip cahaya terang berdurasi singkat (kurang dari 4 detik) yang mendadak menyemburat dari cakram Jupiter. Deteksi multilokasi ini memastikan bahwa kilatan cahaya tersebut memang benar–benar terjadi di Jupiter, bukan sekedar fluktuasi atmosfer Bumi. Mereka menghasilkan enam rekaman video terpisah terkait kejadian tersebut, yang siap untuk analisis selanjutnya.

Apa yang mereka saksikan adalah sebuah peristiwa tumbukan benda langit (asteroid atau komet) di Jupiter. Tumbukan terjadi saat posisi relatif Jupiter terhadap Bumi cukup bagus yakni berdekatan titik oposisinya. Sehingga dimensi tampak Jupiter lebih besar dan membuatnya ideal diamati.

Baca juga: Fenomena Langit Pekan Ini, Apoge Mars hingga Ekuinoks September

Kilatan cahaya produk tumbukan September 2021 (demikian untuk selanjutnya dinamakan) adalah yang terterang kedua bagi peristiwa sejenis sepanjang sejarah astronomi. Ia hanya dikalahkan oleh peristiwa yang lebih fenomenal: tumbukan keping–keping komet Shoemaker Levy 9 di Jupiter pada Juli 1994.

Ukuran asteroid atau komet

Seberapa besar ukuran asteroid atau komet yang menumbuk Jupiter kali ini?

Jupiter adalah gergasi gas yang didominasi Hidrogen dan Helium. Ia tidak punya paras yang jelas sebagaimana planet–planet terestrial. “Paras” Jupiter ditetapkan sebagai kolom gas yang memiliki tekanan gas 1 bar (0,987 tekanan paras air laut di Bumi). “Paras” ditandai lapisan awan amonia cukup tebal. Kolom gas di atasnya hingga ketinggian 5.000 km merupakan atmosfer Jupiter.

Layaknya di Bumi, semakin merasuk ke dalam, maka tekanannya kian meninggi. Pada kedalaman 1.000 km besarnya tekanan menyebabkan terbentuknya lapisan tebal hidrogen cair. Dan pada kedalaman sekitar 22.000 km, tekanannya telah demikian hebat hingga menyebabkan hidrogen cair mempunyai sifat metalik dan bisa menghantarkan listrik.

Tiap asteroid atau komet yang menumbuk Jupiter harus menembus atmosfernya lebih dahulu. Bila dimensinya cukup besar, “paras” Jupiter dapat ditembus pula meski takkan sampai menjangkau lapisan hidrogen cair. Sebaliknya jika kecil, komet atau asteroid akan sepenuhnya dimusnahkan dalam atmosfer.

Baik mencapai “paras” atau tidak, saat asteroid atau komet menembus atmosfer, maka mayoritas materialnya digerus habis menjadi bubuk. Mereka lantas disemburkan vertikal sebagai kolom tumbukan (impact plume) yang mirip kolom letusan gunung berapi.

Tinggi di atmosfer, kolom tumbukan akan melebar horizontal sembari menyebarkan debu–debu komet atau asteroid ke atmosfer atas Jupiter. Inilah yang tampak dari Bumi sebagai bintik gelap.

Baca juga: Fenomena Langit September 2021: 2 Puncak Hujan Meteor hingga Oposisi Neptunus

Bintik–bintik gelap terlihat jelas pasca tumbukan komet Shoemaker Levy 9 di 1994. Juga teramati dalam tumbukan Desember 1690 (tumbukan Cassini). Tumbukan Juli 2009 (tumbukan Wesley) menyajikan batasan minimal bagi dimensi asteroid atau komet penumbuk Jupiter yang bisa meninggalkan jejak bintik gelap yang dapat teramati dari Bumi, yakni jika garis tengahnya minimal 200 hingga 500 meter, apabila dianggap berbentuk bola.

Mari gabungkan batasan ini dengan kilatan cahaya tumbukan September 2021 yang merupakan terterang kedua sejak 1994, serta tidak terdeteksinya bintik gelap bahkan meski pengamatan hanya berselang sejam pasca tumbukan. Maka, tumbukan kali ini melibatkan asteroid atau komet yang bergaris tengah ~100 meter.

Asteroid atau komet seukuran tersebut yang bergentayangan di orbit Jupiter mustahil diamati dengan teknologi masa kini. Di atas kertas, ia memiliki magnitudo (tingkat terang) semu +30. Magnitudo tersebut jauh di atas batas kemampuan teleskop–teleskop raksasa terkini di Bumi.

Sebaliknya, kilatan cahaya tumbukan September 2021 mempunyai magnitudo semu +12 atau lebih terang lagi. Sebab, salah satu saksi mata menyaksikannya secara langsung menggunakan teleskop binokular 300 mm. Maka, terjadi peningkatan dramatis hingga 18 magnitudo, fenomena umum dalam peristiwa tumbukan benda langit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com