KOMPAS.com - Likuifaksi adalah perubahan material yang padat menjadi seperti cairan. Dilansir dari Institut Teknologi Bandung, likuifaksi terjadi pada tanah sedimen yang terkena gempa, lalu bergeser seolah-olah menjadi cairan.
Likuifaksi merupakan fenomena ketika tanah tanpa kohesi menjatuhkan kekuatan gesernya secara signifikan. Kekuatan itu mengalir di bawah volume yang konstan dan tegangan yang konstan akibat tekanan pori yang berlebih selama gempa bumi.
Dilansir dari Teknik Geologi Universitas Syiah Kuala, peristiwa likuifaksi pasca gempa berpotensi terjadi pada daerah dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Keberadaan tanah berbutir kasar yang dominan
Contoh tanah tipe granular adalah kerikil, pasir, atau lanau. Tanah tipe ini tidak memiliki nilai kohesi. Artinya, tanah ini tidak bisa dibentuk dengan tangan ketika dalam kondisi lembab dan mudah terurai ketika dalam kondisi kering.
2. Kondisi lapisan tanah jenuh air dekat dengan permukaan
Lokasi dengan permukaan air tanah yang dangkal mempunyai risiko tinggi mengalami likuifaksi. Air yang berada di dalam rongga butiran tanah inilah yang akan menimbulkan kenaikan tekanan hidrostatik di dalam tanah.
3. Beban siklik dengan intensitas dan durasi yang cukup besar
Beban siklik adalah beban berulang, contohnya gempa bumi dengan nilai magnitude tinggi. Pada kasus peristiwa likuifaksi di Palu pada tahun 2018, terjadi gempa berkekuatan 7 Skala Richter.
Baca juga: Likuefaksi atau Likuifaksi? Gempa dan Perdebatan Bahasa di Era SEO
4. Umur lapisan tanah yang masih muda
Lapisan tanah adalah lapisan yang sangat kompleks dan semakin menebal. Lapisannya terdiri dari butiran tanah dan cairan yang terbentuk secara alami.
Untuk mendapatkan tanah yang cukup keras dan stabil, perlu adanya dua proses, yaitu litifikasi dan diagenesis.
Litifikasi adalah proses perpindahan cairan pengisi rongga yang digantikan partikel padat. sedangkan diagenesis adalah proses kimiawi yang berupa sementasi dan rekristalisasi.
Peristiwa likuifaksi pasca gempa berpotensi terjadi pada daerah dengan tanah berusia kurang dari 500 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.