Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bali Dibanjiri Wisatawan, Epidemiolog: Pemerintah Jangan Bercanda

Kompas.com - 21/09/2021, 13:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Baru sepekan PPKM di Bali diturunkan dari level 4 ke level 3, keramaian wisatawan yang berkunjung di Pantai Sanur, Bali terlihat jelas pada Minggu (19/9/2021).

Diberitakan Kompas TV, Senin (20/9/2021), keramaian tak hanya tampak di area pantai, tapi juga pintu masuk. Petugas sampai harus memutar balik kendaraan wisatawan untuk mencegah terjadinya kerumunan.

Petugas obyek wisata Pantai Sanur, belum menggunakan aplikasi PeduliLindungi sehingga sulit untuk menjaga kapasitas pengunjung.

Status vaksinasi dan kondisi kesehatan pengunjung pun tidak bisa terpantau dengan baik.

Baca juga: Epidemiolog: Indonesia Belum Hiperendemi Covid-19, Apa Maksudnya?

Jumlah wisatawan masuk Bali via Gilimanuk pun meningkat. Sebab itu, pemeriksaan kendaraan terus dilakukan oleh petugas kepolisian di Pelabuhan Glimanuk.

Tak hanya Bali, berpindah ke Bromo, Jawa Timur juga mulai dipadati pengunjung setelah ada lima lokasi kunjungan wisaya Bromo yang boleh didatangi wisatawan.

Kata epidemiolog

Menurut ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono, pembukaan area wisata dan tempat umum lainnya seharusnya secara berkala.

"Tempat wisata harusnya dibuka pelan-pelan secara bertahap, mungkin pertama dengan kapasitas 25 persen. Kemudian kalau terbukti tidak ada penularan bisa ditingkatkan lagi kapasitasnya," kata Miko kepada Kompas.com, Selasa (21/9/2021).

Petugas di tempat wisata seperti pantai atau Bromo yang bisa dimasuki dari banyak pintu, kata Miko, juga harus rutin melakukan random cek atau pengecekan acak.

Tes acak ini tidak hanya dengan mengukur suhu tubuh pengunjung saja, tapi idealnya melakukan tes antigen kepada pengunjung secara random.

Miko menyarankan untuk melakukan tes antigen acak dengan rutin. Tidak perlu setiap hari, tapi cukup dua hari sekali untuk mengetahui apakah ada pengunjung yang positif Covid-19 atau tidak.

"Itu cara yang baik untuk melakukan pembukaan pembatasan sosial, baik itu di tempat wisata, di mal, dan di tempat umum lainnya," ujar Miko.

Tempat wisata seperti di pantai atau Bromo, kata Miko, tidak mungkin pengunjungnya melewati satu pintu yang diberi akses ke (aplikasi) Peduli Lindungi. Karena ada banyak pintu, pengunjung bisa masuk objek wisata dari mana saja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com