Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan IUCN Terbaru, Perubahan Iklim Mengancam Kehidupan Komodo

Kompas.com - 05/09/2021, 12:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber NPR,Aljazeera

KOMPAS.com - Komodo adalah kadal terbesar yang masih hidup di Bumi. Komodo liar hanya terdapat di Pulau Rinca dan beberapa pulau kecil di pesisir barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Ironisnya, habitat komodo, reptil raksasa bersisik yang mempunyai lidah bercabang itu terancam karena perubahan iklim.

Dilansir dari NPR, Minggu (5/9/2021), sebuah laporan terbaru dari organisasi konservasi keanekaragaman hayati internasional mengatakan bahwa kehidupan komodo berada di ujung kepunahan global.

Baca juga: Sejarah Kehidupan Komodo, Ahli Sebut Asalnya Justru dari Australia

Menurut Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), secara keseluruhuan, sekitar 28 persen dari 138.000 spesies yang dinilai untuk daftar pantauan kelangsungan hidupnya berisiko punah di alam liar karena perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Khusus untuk penilaian komodo, populasi komodo telah berubah dari yang tadinya dikategorikan "rentan" menjadi "terancam punah."

Mengapa perubahan iklim begitu mengancam kehidupan komodo (Varanus komodoensis)?

Meningkatnya suhu global dan permukaan laut yang lebih tinggi, kata IUCN, akan mengurangi habitat komodo setidaknya 30 persen dalam 45 tahun ke depan.

"Gagasan bahwa hewan prasejarah ini telah bergerak satu langkah lebih dekat dengan kepunahan karena perubahan iklim sangat mengkhawatirkan," kata Andrew Terry, direktur konservasi Zoological Society of London.

Komodo adalah hewan asli Indonesia dan hanya hidup di Taman Nasional Komodo, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO, serta pulau Flores di dekatnya.

“Kendati subpopulasi di Taman Nasional Komodo saat ini stabil dan terlindungi dengan baik, komodo di luar kawasan lindung di Flores juga terancam oleh hilangnya habitat yang signifikan karena aktivitas manusia yang sedang berlangsung,” kata laporan itu.

Dilansir dari Aljazeera, Minggu (5/9/2021), hilangnya habitat, eksploitasi berlebihan dan perdagangan ilegal semakin memperburuk populasi satwa liar global dalam beberapa dekade.

"Perubahan iklim juga menjadi ancaman langsung bagi banyak spesies," kata laporan IUCN pada Sabtu (4/9/2021).

Baca juga: Biawak komodo Varanus komodoensi, Sejauh Mana Kita Tahu Tentangnya?

Laporan IUCN itu juga memberi pesan utama bahwa hilangnya spesies dan perusakan ekosistem merupakan ancaman eksistensial yang tidak kalah penting dengan pemanasan global.

Pada saat yang sama, perubahan iklim sendiri memberikan bayangan yang lebih gelap daripada sebelumnya pada masa depan banyak spesies, terutama hewan dan tumbuhan endemik yang hidup secara unik di pulau-pulau kecil atau di titik-titik keanekaragaman hayati tertentu.

Di luar kawasan lindung, kemunduran populasi yang menakutkan juga dengan cepat terjadi saat jejak manusia meluas.

"Penurunan populasi komodo adalah alarm keras agar alam ditempatkan di jantung semua pengambilan keputusan, pada pembicaraan iklim PBB yang genting," ungkap Andrew Terry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com