KOMPAS.com - Sudah lewat dari satu tahun sejak kemunculan pertamanya, pandemi Covid-19 masih belum menunjukkan tanda akan usai hingasaat ini.
Belakangan bahkan angka kasus positif Covid-19 dan angka kematian terus meningkat. Sayangnya, data kasus kematian akibat Covid-19 juga tak kunjung jelas. Data pemerintah daerah dengan data pemerintah pusat tak sesuai.
Melansir laman laporcovid19, per 23 Juli 2021, angka kematian positif Covid-19 yang dirilis oleh pemerintah pusat sebanyak 80.598 jiwa.
Sementara, berdasarkan hasil rekapitulasi data Covid-19 per provinsi yang dikumpulkan tim LaporCovid19, hingga 23 Juli 2021, angka kematian positif Covid-19 telah mencapai 100.436 jiwa. Ini belum termasuk sejumlah provinsi yang belum memperbarui data.
Dari data tersebut, terdapat selisih angka kematian sebesar 19.838 atau 24,6%. Ini berarti, lebih dari 19.000 kematian pasien positif Covid-19 belum tercatat di pemerintah pusat.
Angka kematian tersebut kemungkinan juga belum termasuk data kematian pasien dengan status probable Covid-19.
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk menyertakan kasus probable sebagai kasus kematian akibat Covid-19.
WHO menekankan, kematian akibat Covid-19 adalah indikator utama untuk melacak evolusi pandemi. Sayangnya, banyak Negara yang belum dapat menyediakan data akurat, lengkap, dan tepat waktu.
Merujuk pedoman WHO, kematian akibat Covid-19 adalah kematian yang disebabkan adanya kriteria klinis penyakit Covid-19, baik itu probable atau terkonfirmasi. Kecuali, jika ada alternatif yang jelas yang menyebabkan kematian dan tidak dapat dikaitkan dengan Covid-19, misalnya, cedera parah karena kecelakaan.
Kematian akibat Covid-19 tidak dapat dikaitkan dengan penyakit lain, seperti kanker dan harus dihitung secara independen dari kondisi yang sudah ada sebelumnya, yang diduga memicu perjalanan penyakit Covid-19 yang parah.
Baca juga: Penyebab Kasus Covid-19 dan Kematian di Asia Tenggara Meningkat Tajam