Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggal di Ketinggian 4.000 Meter, Begini Cara Hewan Kecil Ini Hidup

Kompas.com - 22/07/2021, 18:00 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Selama ini mamalia kecil bernama pika mengundang ketertarikan para peneliti dunia.

Bagaimana tidak, dengan tubuh kecilnya, ia mampu tinggal dan bertahan hidup di dataran tinggi Qinghai-Tibet di China pada ketinggian 4.000 meter, padahal mereka tak dapat berhibernasi.

Dataran tinggi juga memiliki suhu yang sangat rendah dengan tekanan parsial oksigen rendah.

Hal tersebut membuat lingkungan menjadi menantang saat musim dingin, selain itu juga rumput menjadi sangat kering.

Tak heran strategi bertahan hidup mamalia ini diselimuti teka-teki.

Baca juga: Peneliti Temukan Fosil Mamalia Darat Terbesar di Dunia, Seperti Apa?

Namun kini, usai merampungkan penelitian selama 13 tahun, ilmuwan dari University of Aberdeen School of Biological Sciences dan Chinese Academy of Sciences akhirnya berhasil menguak misteri kehidupan pika.

"Penelitian ini dimulai sebagai proyek kecil sekitar 13 tahun yang lalu. Kami berpikir pertanyaan sederhana, bagaimana mereka bertahan hidup di musim dingin? Tapi ternyata ini lebih kompleks dari yang kami kira," ungkap John Speakman dari University of Aberdeen.

Mengutip Phys.org, Kamis (22/7/2021) studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini menunjukkan bahwa pika melakukan serangkaian taktik.

Mereka diketahui menekan kebutuhan energi dan mengekspoitasi sumber makanan yang tak biasa, yakni memakan kotoran yak--sejenis sapi yang ditemukan di Tibet.

"Temuan menarik ini menggambarkan bahwa pika dataran tinggi mengeksploitasi kotoran yak untuk mengatasi kekurangan makanan. Hal ini ternyata juga meningkatkan peluang untuk bertahan hidup di musim dingin hingga 96 persen," papar Yanming Zhang dari Chinese Academy of Sciences.

Dalam studi tersebut, tim peneliti mengukur pengeluaran energi harian dari dua populasi liar pika. Peneliti menemukan bahwa pengeluaran energi sekitar 30 persen lebih rendah di musim dingin.

Untuk menentukan bagaimana pika mencapai pengurangan ini, peneliti merekam aktivitas hewan dan mencatat suhu mereka.

Data menunjukkan meski mereka tak melakukan hibernasi, pika dapat menekan suhu tubuh mereka.

Baca juga: Lintasi Setengah Bumi, Paus Abu-abu Pecahkan Rekor Migrasi Mamalia

Sementara itu, pika yang tinggal di dekat populasi dan diamati memakan kotorannya.

Menurut peneliti, pika memakan kotoran tersebut karena merupakan sumber makanan yang mudah diakses. Sehingga hal ini dapat mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mencari makan.

"Kami tertarik pada adaptasi fisiologis pika dalam lingkungan ekstrem serta seperti apa sumber energi apa untuk bertahan hidup. Studi mendapatkan beberapa hasil yang mengejutkan, pika dapat menekan suhu tubuh mereka dan mengurangi pengeluaran energi mereka dalam cuaca dingin. Lebih menarik, beberapa pika menggunakan kotoran yak sebagai sumber energi potensial mereka selama musim dingin yang keras," tambah DeHua Wang dari Chinese Academy of Sciences.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber PHYSORG
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com