Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Baru: Sel Imun Bisa Dilatih agar Lebih Efektif Melawan Infeksi

Kompas.com - 02/07/2021, 19:03 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Sel imun atau sel kekebalan tubuh secara alami akan melawan infeksi yang disebabkan mikroba virus dan bakteri, serta ‘penyerbu’ lainnya.

Tetapi, sebenarnya sel-sel imun atau kekebalan tubuh ini juga dapat diprogram ulang atau "dilatih" untuk merespons dengan lebih agresif dan kuat terhadap ancaman semacam itu. Demikian menurut para ilmuwan UCLA yang telah menemukan aturan mendasar, yang mendasari proses ini dalam sebuah kelas sel tertentu.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan 18 Juni lalu di jurnal Science, para peneliti mengidentifikasi mekanisme molekuler kunci dalam makrofag, sel-sel yang melawan infeksi dari sistem kekebalan bawaan, yang menentukan apakah — dan seberapa baik — sel-sel itu dapat dilatih.

Baca juga: Kebiasaan Konsumsi Makanan Tinggi Garam Terbukti Mengacaukan Kinerja Sel Imun

Temuan mereka dapat membantu membuka jalan, bagi strategi yang ditargetkan di masa depan untuk meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh.

"Seperti seorang tentara atau atlet, sel-sel kekebalan bawaan dapat dilatih oleh pengalaman masa lalu untuk menjadi lebih baik dalam memerangi infeksi," kata penulis utama Quen Cheng, asisten profesor klinis penyakit menular di UCLA's David Geffen School of Medicine.

Namun, dia mencatat, para peneliti sebelumnya telah mengamati bahwa beberapa pengalaman tampaknya lebih baik daripada yang lain untuk pelatihan kekebalan.

"Temuan mengejutkan ini memotivasi kami untuk lebih memahami aturan yang mengatur proses ini," ujar Cheng.

Menurut peneliti, bisa atau tidaknya pelatihan kekebalan terjadi tergantung pada bagaimana DNA sel dibungkus.

Sel imun merespons lebih agresif

Dalam sel manusia, misalnya, lebih dari 2 meter DNA harus masuk ke dalam inti sel, yang sangat kecil sehingga tidak terlihat dengan mata telanjang. Untuk mencapai ‘prestasi’ ini, DNA harus terbungkus rapat ke dalam kromosom.

“Hanya daerah tertentu dari DNA yang terpapar dan dapat diakses, dan hanya gen di daerah yang dapat diakses tersebut yang mampu merespons dan melawan infeksi,” kata penulis senior Alexander Hoffmann, Profesor Mikrobiologi Thomas M. Asher dari UCLA dan direktur Institute for Quantitative and Computational Biosains.

Namun, dengan memasukkan stimulus ke makrofag—misalnya, zat yang berasal dari mikroba atau patogen, seperti dalam kasus vaksin—daerah DNA yang sebelumnya dipadatkan dapat dibuka.

Menurut Hoffman, pembukaan ini mengekspos gen baru yang akan memungkinkan sel kekebalan untuk merespons lebih agresif, yang mana ini pada dasarnya melatih sel untuk melawan infeksi berikutnya.

Baca juga: Pola Aktivasi Sel Kekebalan pada Covid-19 Parah Mirip Penyakit Lupus

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com