Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berusia 5.000 Tahun, Ini Korban Wabah Tertua yang Pernah Ditemukan

Kompas.com - 30/06/2021, 20:41 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bakteri di balik Black Death, penyebab wabah pes yang menghancurkan abad pertengahan, telah ditemukan di tengkorak seorang pria yang hidup 5000 tahun yang lalu di tempat yang sekarang disebut Latvia, menjadikannya strain wabah paling awal yang diketahui.

Namun menariknya, analisis DNA purba di tengkorak pemburu-pengumpul itu menunjukkan, bahwa strain bakteri bernama Yersinia pestis justru kurang menular dan berbahaya dibandingkan bakteri yang ditemukan di zaman modern.

Hal tersebut terungkap setelah Ben Krause-Kyora dari Universitas Kiel, Jerman bersama rekan-rekannya melakukan analisis pada tengkorak pria pemburu-pengumpul serta kerangka lain yang berada dalam satu pemakaman dengannya.

Baca juga: Virus Nipah Wabah Masa Lalu, Ini Fakta Lain Kerabat Virus Corona

Temuan ini pun memberikan pandangan baru terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

Virulensi yang lebih rendah membuat tim berpendapat bahwa wabah itu tidak bisa disalahkan atas penurunan populasi orang Eropa yang terjadi antara 5000 dan 6000 tahun yang lalu, seperti yang diklaim oleh makalah 2018 berdasarkan pada genom petani Swedia.

"Hipotesis kami benar-benar bertentangan dengan yang sudah ada sebelumnya. Meski bakteri menyebabkan Infeksi lebih kronis, di mana-mana serta menyebabkan kematian tetapi tak separah dengan yang terjadi di Abad Pertengahan," kata Krause-Kyora.

Namun tingginya jumlah bateri yang ditemukan di tengkorak pria yang mungkin berusia antara 20-30 tahun itu, menyiratkan kalau ia menyerah dan meninggal karena wabah. Pria mungkin telah digigit oleh hewan pengerat yang membawa Y.pestis.

Lebih lanjut Krause-Kyora menyebut, jika saat itu wabah menyebar dari hewan ke manusia, bukan dari manusia ke manusia.

Bakteri juga belum bermutasi genetik yang memungkinkan hewan lain seperti kutu sebagai pembawa serta memungkinkanya menginfeksi dan membunuh begitu banyak orang berabad-abad kemudian.

Baca juga: Data dari Satelit dan AI Bisa Prediksi Wabah Kolera, Begini Caranya

"Sangat menarik untuk melihat dari dekat evolusi awal patogen mematikan ini. Pada awalnya kami melihat lebih kronis dan tak berbahaya sebelum akhirnya menjadi penyakit yang lebih mematikan," tambah Krause-Kyora.

Namun, Simon Rasmussen dari Universitas Kopenhagen, Denmark menyebutkan, bahwa menururnya bukti terlalu lemah untuk mengklaim jika di 5000 tahun lalu bakteri Y.pestis tidak terlalu berbahaya.

"Tidak ada hasil baru untuk mendukung klaim ini dan karena itu tetap menjadi hipotesis," katanya

Studi dipublikasikan di Cell Reports.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com