Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada yang Harum dan Ada yang Busuk, Mengapa Bunga-bunga Berbau?

Kompas.com - 19/06/2021, 16:07 WIB
The Conversation,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Oleh: Richard L. Harkess

BAYANGKAN berjalan melintasi hutan tropis saat aroma harum tercium di udara. Sedikit maju di jalan setapak, bau busuk daging yang membusuk membuat Anda terengah-engah. Setelah diselidiki, Anda menemukan bahwa kedua bau tersebut berasal dari bunga-bunga – tapi mengapa bunga berbau beragam seperti itu?

Ini sebenarnya bagian dari strategi yang membantu tanaman berbunga mereproduksi diri mereka sendiri dan menyebarkan spesies mereka. Aroma tertentu membantu bunga-bunga ini memecahkan sebuah masalah besar.

Tumbuhan berbunga untuk menghasilkan biji yang dapat berkembang menjadi tumbuhan baru. Untuk membuat benih yang layak, serbuk sari dari satu bagian bunga harus membuahi bakal biji di bagian lain dari bunga.

Beberapa tanaman dapat menyerbukkan sendiri, menggunakan serbuk sarinya sendiri untuk membuahi calon biji. Tanaman lainnya membutuhkan serbuk sari dari tanaman lain dari spesies yang sama – yang disebut penyerbukan silang.

Baca juga: Bujuk Serangga Sebarkan Serbuk Sari, Bunga Ini Justru Keluarkan Aroma Busuk

Jadi bagaimana satu tanaman memindahkan serbuk beberapa sari tanaman individu lain ke tempat yang seharusnya?

Terkadang gravitasi membantu serbuk sari jatuh ke tempatnya. Terkadang angin membawanya. Bunga yang diserbuki angin, seperti banyak pohon dan rerumputan, tidak menghasilkan aroma.

Penyerbuk hewan dapat membawa serbuk sari dari stigma satu bunga ke bakal biji bunga lain saat mereka mencari makanan.Shutterstock Penyerbuk hewan dapat membawa serbuk sari dari stigma satu bunga ke bakal biji bunga lain saat mereka mencari makanan.

Bunga lain diserbuki oleh burung, kelelawar, serangga atau bahkan tikus kecil yang membawa serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya. Dalam kasus ini, bunga mungkin memberikan sedikit insentif. Hewan penyerbuk diberi hadiah dengan nektar kaya energi dan nutrisi yang manis atau serbuk sari yang mengandung protein yang bisa mereka makan.

Bunga yang membutuhkan bantuan serangga dan kelelawar melakukan upaya lebih dengan menghasilkan aroma bunga yang bertindak sebagai semacam tanda selamat datang untuk penyerbuk yang tepat.

Baca juga: Selain Bunga Telang, Inilah 5 Bunga yang Aman untuk Dimakan

Anggrek yang mekar di hutan tropis atau mawar di taman perlu menarik penyerbuk untuk membawa serbuk sari dari bunga dari spesies yang sama. Namun, ada bunga yang terlihat mirip tapi berasal dari spesies lain. Untuk membedakan dirinya dari bunga lain, setiap bunga spesies mengeluarkan aroma unik untuk menarik penyerbuk tertentu.

Mirip dengan parfum di toko, aroma bunga terbuat dari sejumlah besar bahan kimia yang mudah menguap dan melayang di udara. Jenis bahan kimia, jumlah dan interaksinya dengan bahan kimia lain memberikan bunga aroma yang unik. Aroma mawar dapat terdiri dari sebanyak 400 bahan kimia yang berbeda.

Orang dapat mencium aroma bunga ini karena mereka mudah menguap dari bunga, terbawa arus udara untuk menarik penyerbuk.

Wewangian bunga mungkin harum dan bau buah-buahan, atau mereka bisa harum menyengkat, bahkan bau atau busuk tergantung pada penyerbuk yang mereka coba tarik. Pohon apel atau ceri memancarkan aroma harum untuk menarik lebah, lebah madu dan lebah lainnya.

Baca juga: Manfaat Bunga Rosella, Si Merah yang Kaya Antioksidan

Tapi tempelkan hidung Anda ke bunga-bunga indah pohon pir – kerabat dekat apel dan ceri – dan Anda mungkin mundur dengan jijik, karena bunga-bunga ini berbau harum menusuk hidung atau berbau busuk untuk menarik lalat sebagai penyerbuk.

Demikian pula, bunga bangkai, asli dari hutan hujan Indonesia, mengeluarkan bau mirip daging yang membusuk untuk menarik lalat dan kumbang untuk menyerbuki bunga-bunga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com