Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Skizofrenia, Gangguan Jiwa yang Pengaruhi Kehidupan Sosial

Kompas.com - 15/06/2021, 10:00 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.comSkizofrenia adalah penyakit gangguan jiwa berat berupa hilangnya kontak dengan kenyataan dan sulit membedakan hal yang nyata dan yang tidak. Skizofrenia sering terjadi di Indonesia.

Skizofrenia ditandai dengan karakteristik kekacauan pola berpikir, proses persepsi, afeksi, dan perilaku sosial. Biasanya pasien dengan skizofrenia menunjukkan gejala halusinasi dan delusi, penarikan diri dari lingkungan sosial, pengabaian diri, dan kehilangan motivasi.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang harus dilakuakn pemeriksaan dan perawatan oleh dokter spesialis kejiwaan atau psikiater. Seorang pernderita skizofrenia bisa mengalami gangguan aktivitas sehari-hari, seperti penurunan produktivitas kerja dan prestasi sekolah.

Baca juga: Orangtua Aniaya Anak karena Tak Paham Saat Belajar Daring, Pertanda Gangguan Jiwa?

Gejala

Dilansir dari Psikoislamedia Jurnal Psikologi, gejala utama yang muncul pada penderita skizofrenia adalah 4A, yaitu asosiasi, afek, ambivalensi, dan autisme. Asosiasi adalah hubungan antara pikiran-pikiran menjadi terganggu atau asosiasi longgar.

Afek adalah respon emosional yang menjadi datar atau tidak sesuai. Ambivalensi adalah individu yang merasakan ambivalen, yaitu benci sekaligus cinta, contohnya kepada pasangan. Terakhir adalah autisme, yaitu penarikan diri ke dunia fantasi yang tidak terikat oleh prinsip logika.

Pasien dengan kondisi ini seringpula disertai gejala seperti terobsesi dengan kematian, sekarat, atau kekerasan. Lalu, ia juga bisa merasa putus asa dan sering mengucapkan perpisahan yang tidak biasa.

Selain itu, pasien juga sering merasakan delusi, atau kondisi dimana ia memiliki keyakinan yang tidak masuk akal. Misalnya ia memiliki keyakinan bahwa orang lain bisa membaca pikiran mereka, ada yang mengendalikan pikirang mereka, dan orang lain berencana menyakiti mereka.

Penderita gejala berat ditandai dengan sulit membedakan alam nyata dan bayangan semata. Ia terjebak dalam fantasinya sendiri dan sering marah atau mengamuk kepada orang sekitar.

Tipe

Secara umum, skizofrenia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu disorganisasi, katatonik, dan paranoid. Tipe pertama adalah disorganisasi. Penderita skizofrenia tipe ini menunjukkan perilaku yang kacau, pembicaraan tidak berhubungan atau tidak terorganisasi.

Tipe kedua adalah katatonik yang merupakan fase perlambatan aktivitas. Sedangkan yang terakhir adalah paraoid. Tipe ini sering mengalami munculnya halusinasi yang menyebabkan munculnya kegelisahan atau ketakutan.

Penderita tipe paranoid akan merasakan kebesaran, kecemburuan, kegelisahan, dan kebingungan yang tidak realistis. Mereka bisa berhalusinasi mendengar suara-suara yang tidak di dengar oleh orang lain.

Baca juga: Sering Kerja Virtual Bisa Sebabkan Gangguan Jiwa, Kenali Tandanya

Pengobatan

Terapi bagi penderita skizofrenia harus didampingi oleh psiakiater. Selain ditunjang obat-obatan, penting untuk pasien agar didukung oleh lingkungan sekitar, terutama keluarga dan teman dekat.

Stigma yang beredar di masyarakat adalah bahwa penderita tidak akan bisa hidup normal. Padahal, walau penderita bisa menakutkan, ia tetap bisa memiliki kualitas hidup yang baik.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa pasien skizofrenia yang mendapat dukungan keluarga dan orang-orang terdekat menunjukkan kondisi yang lebih stabil dan dapat berkomunikasi dengan normal.

Pasien yang telah sembuh tetap perlu didampingi karena angka relaps atau kekambuhan pada kasus skizofrenia mencapai 20-50%. Peran keluarga pascaperawatan sangat penting untuk mengembalikan kemampuan sosial pasien.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com