Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antibiotik Jadi Salah Satu Ancaman Kesehatan Paling Berbahaya di Dunia, Kok Bisa?

Kompas.com - 13/06/2021, 19:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Saat kita terinfeksi bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik. Obat antibiotik ini berguna untuk membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh.

Namun, tak jarang banyak orang langsung mencari antibiotik untuk mengobati segala macam sakit. Seakan antibiotik adalah obat ajaib untuk semua hal.

Ini adalah tindakan keliru dan salah kaprah.

Penting diingat, antibiotik hanya untuk membunuh bankteri jahat dalam tubuh. Bukan penyakit yang disebabkan virus seperti batuk pilek dan diare tanpa darah.

Apa jadinya jika antibiotik digunakan sembarangan?

Baca juga: Antibiotik Bukan untuk Semua Penyakit, apalagi Batuk Pilek dan Diare

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter (overuse and misuse) merupakan salah satu penyumbang terbesar angka resistensi antimikroba (AMR) di dunia kesehatan.

Berdasarkan data WHO, penggunaan antibiotik meningkat 91 persen secara global.

Sementara pada periode 2000-2015, penggunaan antibiotik di negara-negara berkembang meningkat sampai 165 persen.

Peningkatan penggunaan antibiotik dalam jumlah sangat besar ini menjadikan AMR sebagai salah satu dari 10 besar ancaman kesehatan global paling berbahaya di dunia.

Memang, situasi AMR di setiap wilayah berbeda. Namun Asia merupakan kawasan yang memiliki prevalensi AMR tinggi.

Oleh sebab itu, dalam KTT Menteri Luar Negeri ASEAN plus Tiga ke-21 di Vietnam beberapa waktu lalu, disepakati perlunya upaya bersama mengatasi AMR.

Dr. dr. Erwin Astha Triyono, Sp.PD, K-PTI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi RSUD Dr. Soetomo mengemukakan, perlunya upaya bersama untuk mengendalikan penggunaan antibiotik.

Menurutnya, budaya menggunakan antibiotik yang bijak perlu ditunjang sistem promosi dan edukasi yang berkelanjutan.

"Jumlah tenaga ahli mikrobiologi atau patologi klinik perlu ditambah dan didistribusi secara merata di seluruh wilayah Indonesia," kata Erwin dalam webinar bertajuk 'Kemitraan Sektor Swasta dan Peran Masyarakat Diperlukan dalam Mempromosikan Penggunaan Antibiotik Secara Rasional dan Tuntas' pada Kamis (10/6/2021).

Hasil pemindaian mikrograf elektron dari bakteri Staphylococcus aureus yang resisten atau kebal antibiotik jenis methicillin (kuning) dan sel darah putih manusia yang mati (berwarna merah).NIH Image Gallery/Methicillin-resistant Staph bacteria Hasil pemindaian mikrograf elektron dari bakteri Staphylococcus aureus yang resisten atau kebal antibiotik jenis methicillin (kuning) dan sel darah putih manusia yang mati (berwarna merah).

Erwin menambahkan, kelengkapan alat-alat mikrobiologi dan standarisasi nasional serta keteraturan melakukan update pola resistensi kuman sangat diperlukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com