Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Orang Nekat Mudik, Ahli: Ada Kesalahan Komunikasi Publik Sejak Awal

Kompas.com - 10/05/2021, 16:39 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Nekatnya ribuan pemudik hingga membuat petugas kuwalahan, disebut epidemiolog sebagai imbas dari sesuatu yang salah sejak awal.

Ribuan pemudik yang mengendarai sepeda motor menjebol barikade penyekatan di Jalur Pantura Kedungwaringin, perbatasan Kabupaten Bekasi-Karawang, pada Minggu (9/5/2021) pukul 22.40 WIB.

Laporan Warta Kota, jumlah sepeda motor yang membeludak membuat kemacetan parah.
Bahkan, sejumlah pengendara sepeda motor nekat melawan arus untuk melewati pos penyekatan yang dijaga petugas gabungan dari unsur kepolisian, TNI, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan.

Situasi semakin semrawut dan macet tidak bergerak sepanjang 5 kilometer.

Baca juga: 5 Alasan Pemerintah Terbitkan Larangan Mudik Lebaran Mei 2021

Menurut epidemiolog Dr Windhu Purnomo, pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), tidak mengherankan jika petugas penyekatan di beberapa lokasi kewalahan dengan membludaknya pemudik yang nekat pulang.

Apalagi, dikatakan Windhu, pemudik sudah tahu bahwa saat malam hari petugas yang berjaga di titik penyekatan lebih sedikit.

"Apalagi tengah malam sampai subuh, dah itu hampir kosong," ujar Windhu kepada Kompas.com, Senin (10/5/2021).

"Pemudik itu ngerti, mereka itu saling berkomunikasi. Wong saya pernah mendapatkan komunikasi mereka. 'Di posko ini jam sekian petugasnya enggak ada'. Mereka beritahu satu sama lain," imbuh dia.

Windhu memprediksi, para pemudik yang nekat menerobos untuk pulang kampung masih akan terlihat dalam beberapa hari ke depan. Bukan hanya lewat jalan tikus, tapi nekat lewat jalan utama.

Kesalahan komunikasi publik sejak awal

Dikatakan Windhu, alasan pemudik nekat pulang kampung di tengah pandemi Covid-19 bukan hanya karena tradisi lebaran yang sudah mengakar.

"Jadi sebenarnya, masyarakat nekat-nekat (pulang kampung) begini karena permasalahannya di komunikasi publik pemerintah," jelas dia.

"Kebijakan saja, kalau saya bilang dalam bahasa Jawa mlenca mlence. Tiba-tiba berubah kebijakannya."

Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan saat akan melintas di posko penyekatan mudik di Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (9/5/2021). Pada H-3 jelang Hari Raya Idul Fitri 1422 H petugas gabungan dari TNI,Polri, Dishub dan Satpol PP memperketat penjagaan pemudik di perbatasan Kabupaten Bekasi dan Karawang.ANTARA FOTO/FAKHRI HERMANSYAH Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan saat akan melintas di posko penyekatan mudik di Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (9/5/2021). Pada H-3 jelang Hari Raya Idul Fitri 1422 H petugas gabungan dari TNI,Polri, Dishub dan Satpol PP memperketat penjagaan pemudik di perbatasan Kabupaten Bekasi dan Karawang.

Menurutnya, sejak awal seharusnya kebijakan dari pemerintah konsisten, yakni memberi pengarahan tegas tanpa embel-embel atau istilah yang tidak jelas.

Sebagai contoh, pada lebaran tahun 2020, mudik dilarang tapi boleh pulang kampung.

"Kalau itu bukan mudik. Itu namanya pulang kampung. Memang bekerja di Jabodetabek, di sini sudah tidak ada pekerjaan, ya mereka pulang. Karena anak istrinya ada di kampung, jadi mereka pulang," kata Jokowi menjawab pertanyaan Najwa Shihab dalam program Mata Najwa yang tayang pada 22 April 2020.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com