Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Nama Bengkulu: dari Bangkai dan Hulu, Terkait Perang

Kompas.com - 09/05/2021, 17:02 WIB
Dea Syifa Ananda,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kota Bengkulu adalah sebuah provinsi yang berada di pulau Sumatra, Indonesia. Kota ini terletak di bagian Barat Daya Pulau Sumatra, yang berbatasan dengan provinsi Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, dan Lampung.

Bengkulu dalam bahasa Belanda disebut Benkoelen atau Bengkulen; dalam bahasa Inggris disebut Bencoolen; sementara dalam bahasa melayu disebut Bangkahulu.

Terdapat banyak versi cerita tentang asal usul dan nama Bengkulu, ada yang menyebutkan bahwa nama Bengkulu berasal dari bahasa Melayu 'Bangkulon'.

Kata 'bang' yang berarti “pesisir” dan 'kulon' yang berarti “barat”, kemudian mengalami pergeseran pengucapan. Kata "bang" berubah menjadi beng, dan "kulon" menjadi kulu.

Sementara sumber lain menyatakan nama “Bencoolen” diambil dari sebuah nama bukit di Cullen, Skotlandia, Bm of Cullen.

Namun, penamaan ini kurang otentik karena bukan kebiasaan bangsa Melayu untuk menamakan daerahnya dengan nama daerah yang tidak dikenal, apalagi asal nama itu dari Skotlandia yang jauh disana.

Baca juga: Asal-usul Nama Denpasar di Bali, dari Kata Den dan Pasar

Dilansir laman resmi Pemeritah Kota Bengkulu, sumber tradisional menyebutkan bahwa Bengkulu atau Bangkahulu berasal dan kata Bangkai dan Hulu yang maksudnya bangkai di hulu.

Konon menurut sejarah, dulu pernah terjadi perang antara kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Bengkulu. Pertempuran itu banyak menimbulkan korban dari kedua belah pihak di hulu sungai Bengkulu.

Korban perang inilah yang menjadi bangkai tak terkuburkan di hulu sungai tersebut.

Maka tercetuslah sebutan Bangkaihulu yang lama-kelamaan berubah pengucapan menjadi Bangkahulu atau Bengkulu.

Dari sekian banyak cerita tentang asal usul nama Bengkulu ada satu cerita yang lebih banyak dikenal di masyarakat Bengkulu.

Cerita ini diambil dari kisah perang melawan orang Aceh yang datang hendak melamar Putri Gading Cempaka, yaitu anak Ratu Agung Sungai Serut.

Air Terjun Tri Sakti yang terletak di Desa Belitar Seberang, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. (FOTO ANTARA/Nur Muhamad)FOTO ANTARA/Nur Muhamad Air Terjun Tri Sakti yang terletak di Desa Belitar Seberang, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. (FOTO ANTARA/Nur Muhamad)

Akan tetapi lamaran tersebut ditolak sehingga menimbulkan perang. Anak Dalam saudara kandung Putri Gading Cempaka yang menggantikan Ratu Agung sebagai Raja Sungai Serut.

Ia berteriak menyebutkan kata-kata “Empang ka hulu ” yang berarti hadang mereka dan jangan biarkan mereka menginjakkan kakinya ke tanah kita. Dari kata-kata tersebut maka lahirlah kata Bangkahulu atau Bengkulu.

Setelah Indonesia merdeka, Bengkulu ditetapkan sebagai Kota kecil di bawah Pemerintahan Sumatera Bagian Selatan dengan luas 17,6 Km2 berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1956 tentang Pembentukan Kota Kecil Bengkulu.

Baca juga: Asal Usul Nama Cirebon: dari Cai dan Rebon, Air Pembuatan Terasi

Pada tahun 1957 Kota Kecil Bengkulu berubah menjadi Kotapraja berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, yang meliputi 4 Wilayah Kedatukan dengan membawahi 28 Kepemangkuan.

Pada tahun 1986 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 46/1986 tentang Perubahan Batas dan Perluasan Wilayah Kotamadya Dati II Bengkulu, luas Wilayah Kotamadya Bengkulu berubah dan 17,6 Km2 menjadi 144,52 Km2 dan terdiri dan 4 Wilayah Kecamatan, 38 Kelurahan serta 17 Desa.

https://profil.bengkulukota.go.id/sejarah-kota-bengkulu/

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com