Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Budhi Antariksa, Ph.D, Sp.P (K)
Dokter Spesialis Paru

Ketua Kelompok Kerja Asma dan PPOK, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Memperingati Hari Asma Sedunia: Menyibak 9 Mitos Asma yang Tak Perlu Dipercaya

Kompas.com - 05/05/2021, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh : Dr. Budhi Antariksa, Ph.D, Sp.P(K)

Hari ini kita memperingati hari asma sedunia. Jumlah penderita asma di dunia menurut data WHO mencapai hampir 340 juta pasien.

Di Indonesia sendiri, menurut data ISAAC, penderita asma mencapai kurang lebih 5% dari total penduduk Indonesia atau mendekati angka 13 juta pasien.

Asma menjadi masalah kesehatan serius di berbagai negara terlepas dari kondisi perekonomian negara tersebut.

Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan penyempitan saluran napas, peradangan, dan peningkatan respons saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas.

Baca juga: Waspadai, Tanda-tanda Asma Semakin Parah

Gejala lain yang dapat timbul mencakup nyeri dada, batuk, dan mengi dapat dirasakan oleh pasien yang datang ke dokter paru.

Dalam mendiagnosis penyakit asma, dokter akan melakukannya secara komprehensif mulai dari pencatatan gejala yang dialami dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan untuk menetapkan terapi apa yang akan diberikan.

Terlepas dari tingginya prevalensi asma di Indonesia dan dunia, hingga saat ini masih banyak mitos tentang asma yang tersebar luas di masyarakat.

Dengan mengusung tema: “Uncovering Asthma Misconception” di hari asma sedunia tahun ini, ada beberapa hal yang menjadi mitos di tengah masyarakat mengenai penyakit asma yang perlu dikoreksi :

1. Mitos: Asma adalah penyakit yang muncul pada masa anak-anak saja dan akan sembuh sendiri seiring dengan pertambahan usia pasien

Kenyataannya: Gejala asma bisa muncul di usia berapapun. Ketika gejala muncul dan anak masih berusia di bawah 5 tahun, dokter tidak bisa mendiagnosis pasti itu asma. Biasanya diagnosis dokter adalah “mungkin asma”.

Karena untuk mendiagnosis pasti asma diperlukan pemeriksaan spirometri.

Spirometri adalah metode evaluasi fungsi paru-paru dimana dokter akan meminta pasien untuk bernapas dengan alat ini. Akan dilihat seberapa banyak udara yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru.

Sehingga evaluasi dengan spirometri biasa dilakukan pada pasien berusia di atas 12 tahun untuk mendapat diagnosis asma. Jadi, mitos pertama ini tidaklah benar.

2. Mitos: Asma adalah penyakit kambuhan yang timbul bila stress atau kelelahan

Kenyataannya: Gejala asma telah dikaitkan dengan kecemasan dan depresi, tetapi asma bukan semata-mata kondisi psikologis.

Asma adalah akibat dari peradangan kronis di paru-paru, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan saluran napas. Peradangan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetik dan paparan pencetus di lingkungan anda.

Pencetus asma meliputi infeksi saluran pernapasan bagian atas (flu, masuk angin), polusi, debu, merokok atau terpapar asap rokok orang lain, udara dingin, kecemasan (psikologis), gaya hidup yang tidak sehat, dan lain-lain dapat berbeda per individu.

Baca juga: Sebelum Inhaler Ditemukan, Ribuan Tahun Orang Hirup Zat Obati Asma

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com