KOMPAS.com - Ahli mengingatkan agar tidak salah menilai, bobot atau berat badan sebagai patokan seseorang mengalami kolesterol tinggi, karena tidak semua orang bertubuh kurus bebas ketidakseimbangan kolesterol.
"Tubuh gemuk atau kurus, tidak bisa dijadikan patokan bebas dari kolesterol, karena apa yang kerap disebut kolesterol tinggi adalah ketidakseimbangan antara kolesterol baik dan kolesterol jahat," kata dr Fridolin Seto Pandu selaku Manager Medical Underwriter Sequis.
Dikatakan dr Fridolin, memang berat badan berlebihan atau gemuk seringkali dianggap banyak penyakit, tetapi orang yang bertubuh kurus pun sebenarnya berpotensi memiliki kolesterol tinggi.
Baca juga: 5 Cara Menurunkan Kolesterol Secara Alami
Kolesterol tinggi disebut dalam bahasa medis dengan dislipidemia.
Apa itu Dislipidemia?
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan jenis lemak dalam plasma darah.
Kelainan jenis lemak yang utama adalah kenaikan kadar total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), Trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein).
LDL adalah kolesterol yang dapat menumpuk di pembuluh darah, sehingga membuat saluran pembuluh darah menyempit.
Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.
Kadar tinggi LDL dapat diwaspadai dengan memonitor ambang batasnya:
- Kondisi normal atau optimal adalah <100 mg/DL
- Kondisi mendekati optimal 100 - 129mg/DL
- Kondisi batas tinggi 130 – 159mg/DL
- Kondisi tinggi 160 – 189mg/DL
- Kondisi sangat tinggi >190 mg/DL
Untuk diketahui, HDL bertugas untuk mengangkut kolesterol dari pembuluh darah atau jaringan lain kembali ke hati.
Kadar HDL yang harus diwaspadai adalah ketika telah melewati ambang batasnya:
- Kondisi rendah yaitu <40 mg/DL
- Kondisi tinggi yaitu >60 mg/DL
Baca juga: Pasien Hipertensi dan Kolesterol Tinggi Malas Minum Obat, Apa Efeknya?