Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin AstraZeneca Ditangguhkan Beberapa Negara, Apakah Ini Tepat?

Kompas.com - 17/03/2021, 11:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah negara memutuskan menunda penggunaan vaksin Oxford-AstraZeneca. Mereka menyebutnya sebagai upaya pencegahan setelah muncul laporan bahwa beberapa orang mengalami pembekuan darah setelah menerima vaksin itu.

Tapi apakah negara-negara itu terlalu berhati-hati? Apakah pemerintah ini luput melihat persoalan lebih besar yang mungkin akan muncul?

Sejumlah penundaan itu diambil berdasarkan prinsip kehati-hatian. Ini adalah pendekatan mapan dalam bidang sains dan kedokteran yang menekankan perlunya menghentikan langkah sejenak dan meninjau ulang ketidakpastian.

Namun dalam masa pandemi yang berlangsung cepat, saat setiap keputusan bisa menimbulkan konsekuensi besar, pendekatan itu terkadang lebih merugikan daripada menguntungkan.

Baca juga: WHO Masih Selidiki Kasus Pembekuan Darah Vaksin AstraZeneca

Dipicu vaksin atau sebuah kebetulan?

Merujuk data AstraZeneca, terdapat 37 laporan pembekuan darah dari total 17 juta orang yang telah menerima vaksin mereka di Eropa.

Tapi pertanyaan kunci yang harus ditanyakan, apakah kasus-kasus itu disebabkan vaksin atau muncul secara kebetulan? Apakah penggumpalan darah itu akan tetap terjadi tanpa pengaruh vaksin AstraZeneca?

Kejadian buruk seperti pembekuan darah kini sedang dipantau secara hati-hati. Regulator berharap dapat menilai apakah peluang penggumpalan darah itu lebih besar dari yang seharusnya.

Seluruh 37 laporan berada di bawah tingkat yang Anda harapkan. Terlebih lagi, tidak ada penjelasan biologis yang kuat tentang mengapa vaksin dapat menyebabkan penggumpalan darah.

Itulah mengapa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Regulator Obat-obatan Eropa (EMA) dan Badan Pengawas Obat Inggris menyatakan tidak ada hubungan antara pembekuan darah dan vaksin.

Dan itu juga alasan mengapa banyak ahli vaksinasi mempertanyakan langkah penundaan tadi.

Profesor Adam Finn, anggota kelompok kerja WHO untuk vaksin Covid-19, menyebut penghentian peluncuran vaksin seperti ini sangat tidak diinginkan lkarena dapat menggangu proyek vaksin bahkan dapat mengorbankan nyawa.

"Membuat keputusan tepat dalam situasi seperti ini tidak mudah, tapi kemampuan menguasai persoalan sangat dibutuhkan," ujarnya.

Pekerja kargo menurunkan kontainer berisi vaksin Covid-19 AstraZeneca dari atas pesawat setibanya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (8/3/2021). Sebanyak 1.113.600 vaksin virus corona (Covid-19) jadi asal perusahaan farmasi Inggris 'AstraZeneca' tiba di Indonesia melalui skema kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility yang selanjutkan akan diproses di Bio Farma, Kota Bandung.ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL Pekerja kargo menurunkan kontainer berisi vaksin Covid-19 AstraZeneca dari atas pesawat setibanya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (8/3/2021). Sebanyak 1.113.600 vaksin virus corona (Covid-19) jadi asal perusahaan farmasi Inggris 'AstraZeneca' tiba di Indonesia melalui skema kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility yang selanjutkan akan diproses di Bio Farma, Kota Bandung.

Apakah Eropa bermasalah dengan vaksin itu?

Ini bukan pertama kalinya negara-negara di Eropa berhati-hati terhadap vaksin AstraZeneca.

Jerman, Perancis dan beberapa negara Eropa lainnya telah menerapkan prinsip kehati-hatian ketika pada awalnya mereka tidak merekomendasikan penggunaan vaksin itu untuk orang-orang berusia di atas 65 tahun.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, bahkan menggunakan terminologi quasi-ineffective atau hampir tidak efektif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com