Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lukisan Perjamuan Terakhir Abad 16 Diyakini Potret Keluarga, Kok Bisa?

Kompas.com - 03/03/2021, 16:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Sebuah lukisan buram yang digantung di sebuah gereja paroki di Inggris selama lebih dari 100 tahun telah dikaitkan dengan maestro pelukis terkenal dari zaman Renaisan, Titian.

Lukisan berjudul Perjamuan Terakhir (The Last Supper) itu dihadiahkan kepada Gereja St Michael dan All Angels di Ledbury, Herefordshire, pada 1909.

Sejarawan seni Ronald Moore yakin bahwa dia telah menemukan tanda tangan Titian di kanvas lukisan itu selama melakukan restorasi.

"Ada sentuhan Titian pada lukisan itu, tapi saya tidak pernah bisa mengidentifikasinya. Sekarang kami telah memecahkannya," katanya.

Baca juga: Kisah Penemuan Lukisan Goa Tertua di Lembah Rahasia Sulawesi

Moore didekati oleh pihak gereja untuk meneliti dan kemudian memulihkan lukisan berukuran besar itu - lebarnya lebih 3,6 meter - sekitar tiga tahun lalu.

Dia dan asistennya, Patricia Kenny, semenjak saat itu menghabiskan 11.000 jam untuk mencoba menghubungkan lukisan itu dengan sosok seniman abad ke-16 dari Venesia.

Tiziano Vecellio, lebih dikenal sebagai Titian, adalah pelukis termasyhur di sekolah seni Venesia dan salah seorang seniman Italia terpenting di zaman Renaisan.

Moore mengatakan penemuan sebuah gambar awal- menggunakan tangan - menunjukkan kepadanya bahwa itu merupakan sesuatu yang hanya dilakukan "pelukis besar".

Dengan menggunakan cahaya ultra, dia kemudian menemukan tanda tangan Titian di lukisan sebuah kendi di bagian kiri bawah lukisan, serta mencocokkan wajah seorang tokoh rasul dengan sosok Titian sendiri setelah mencocokkan potret dirinya di atasnya.

Sosok rasul dalam lukisan (kiri) dibandingkan dengan potret diri sang seniman (tengah) dan keduanya dilapisi untuk perbandingan (kanan).Patricia Kenny via BBC Indonesia Sosok rasul dalam lukisan (kiri) dibandingkan dengan potret diri sang seniman (tengah) dan keduanya dilapisi untuk perbandingan (kanan).

Dua bocah dalam lukisan itu menyerupai dua anak Titian dan, berdasarkan penelitiannya, Moore yakin lukisan itu diubah karakternya menjadi sebuah potret keluarga.

Moore mengatakan lukisan itu dipesan oleh sebuah biara di Venesia beberapa dekade sebelum diselesaikan pada 1576, ketika Titian meninggal.

"Dia adalah seniman yang sangat populer dan sibuk dan saya pikir dia tidak pernah punya waktu untuk mengerjakan serta menyelesaikannya," kata Moore.

"Ketika Titian meninggal, wabah muncul dan banyak orang sekarat dan saya pikir itu mungkin memengaruhi putranya untuk mengubah lukisan itu menjadi sebuah potret keluarga."

Tanda tangan Titian dapat dilihat di bawah sinar ultra violet setelah dilakukan restorasi yang memakan waktu berjam-jam untuk menghilangkan unsur pigmen dan pernis.Ronald Moore via BBC Indonesia Tanda tangan Titian dapat dilihat di bawah sinar ultra violet setelah dilakukan restorasi yang memakan waktu berjam-jam untuk menghilangkan unsur pigmen dan pernis.

Baca juga: Lukisan Kuno Ini Gambarkan Keberadaan Angsa yang Telah Punah

Seniman itu memiliki bengkel kerja berskala besar di Venesia di mana seniman dan penulis akan berkumpul dan Moore mengatakan dua atau tiga seniman lain mungkin juga ikut terlibat dalam pengerjaan karya itu.

"Walaupun dia menginisiasi rancangan lukisan itu bersama putranya, bukan berarti dia melukisnya secara utuh.

"Yang menarik, bahwa lukisan yang belum terungkap ini berasal dari bengkel Titian," ujarnya.

Lukisan ini direstorasi atas permintaan sebuah gereja.Ronald Moore via BBC Indonesia Lukisan ini direstorasi atas permintaan sebuah gereja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com