Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Isu Nissa Sabyan, Mengapa Kita Gemar Mengikuti Isu Perselingkuhan di Medsos?

Kompas.com - 20/02/2021, 17:05 WIB
Dea Syifa Ananda,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Isu-isu perselingkuhan dan pelakor, seperti yang menyeret nama Nissa Sabyan dan Ayus Sabyan belakangan ini atau mantan Wakil Ketua DPRD Sulut James Kojongian beberapa waktu lalu, kerap kali menghiasi media sosial.

Dibeberkan oleh akun-akun gosip, detail dari isu yang seharusnya terbatas di ranah privat saja kini menjadi konsumsi publik. Fenomena ini tentunya tidak bisa lepas dari ketertarikan kita akan kisah-kisah perselingkuhan.

Dituturkan oleh psikolog sosial asal Kota Solo, Hening Widyastuti ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (20/2/2021); kasus perselingkuhan sudah terjadi sejak zaman dahulu dan menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan di semua negara, meskipun terlihat bahwa yang lebih banyak mengonsumsinya adalah wanita.

Hal ini terjadi karena sifat dasar manusia yang serba ingin tahu atau kepo terhadap berbagai hal.

Baca juga: Menalar Fenomena ?Pelakor?, Ketika Perempuan Bertikai dengan Perempuan


"Kita akan tertarik dan mencari tahu tentang topik perselingkuhan, meskipun tanpa kita sadari itu adalah masalah rumah tangga orang lain," jelasnya.

"Kita akan mencari lebih dalam kronologi terjadinya perselingkuhan ini. Seperti mengapa hal itu terjadi? Seperti apa kelanjutan hubungannya? Akan berakhir seperti apa?," ujarnya lagi.

Apalagi masa pandemi ini, dinilai Hening, sangat mendukung ketertarikan kita akan isu-isu perselingkuhan.

Pasalnya, masa pandemi yang dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan membuat masyarakat berada dalam kondisi jenuh. Kondisi perekonomian yang menurun juga bisa menyebabkan stres dan depresi.

Baca juga: Kisah Layangan Putus, Kenapa Orang yang Sudah Menikah Selingkuh?

Alhasil, topik perselingkuhan yang muncul di media sosial menjadi hiburan bagi masyarakat, dan hal yang menarik untuk dilihat dan diketahui.

Hening berkata bahwa membaca kisah-kisah perselingkuhan bisa memberi manfaat, jika kita dapat memetik hikmah dari kisah tersebut sebagai suatu pembelajaran. Dengan demikian, kita pun menjadi lebih berhati-hati dalam berpasangan.

Meski demikian, dia juga memperingatkan bahwa terlalu sering melihat dan membaca topik tentang perselingkuhan, terutama bila dilakukan secara konsumtif tanpa menjadikannya suatu pembelajaran, bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental.

Bagi seseorang yang memiliki kesehatan mental bagus dan kontrol diri antara pikiran dan sikap, membaca hal-hal yang berkonotasi negatif seperti ini mungkin tidak akan berdampak apa apa.

Namun jika individu yang membacanya memiliki kesehatan mental yang kurang serta kontrol diri yang kurang juga, bisa timbul berbagai dampak buruk hingga perilaku coba-coba pada orang tersebut.

Baca juga: Viral Layangan Putus, Kok Netizen Merisak Orang yang Dicurigai Pelakor?

Untuk menghindari terlalu sering membaca hal yang berkonotasi negatif, Hening mengusulkan beberapa cara yang bisa kita lakukan yaitu :

1. Harus diimbangi dengan bacaan yang positif

Bacalah hal-hal positif seperti bacaan tentang spiritual yang sesuai dengan keyakinan masing-masing atau bacaan yang dapat membangun individu menjadi lebih baik, seperti kisah orang-orang sukses.

Bacaan yang positif diyakini bisa berpengaruh dan membuat mental kita selalu positif dan fokus berkarya tanpa repot mencampuri urusan orang lain.

2. Cari lingkungan yang positif

Hindari teman-teman toxic dan carilah lingkungan yang dapat membawa kita ke arah yang lebih positif. Ini juga sangat berdampak dan berpengaruh pada pola pikiran dan perilaku seseorang.

"Intinya, bacaan-bacaan yang negatif itu, harus diimbangi dengan bacaan yang positif dan juga lingkungan yang positif agar bisa berpengaruh positif pula ke dalam diri kita" pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com