KOMPAS.com - Seperti diketahui, orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 akan memiliki kekebalan tubuh atau antibodi terhadap serangan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di masa depan.
Namun, seberapa besar kekebalan tubuh orang yang pernah terpapar Covid-19?
Mengenai persoalan ini, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Barat dan Bekasi Timur, dr Muhammad Irhamsyah SpPK MKes angkat bicara.
Irhamsyah menjelaskan bahwa terdapat metode pemeriksaan kekebalan tubuh manusia terhadap Covid-19 melalui pemeriksaan Antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif.
Baca juga: Daftar 5 Kelompok Prioritas Vaksinasi Covid-19 Tahap Kedua, dari Guru hingga Pedagang
Pemeriksaan Antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif.adalah suatu pemeriksaan untuk mendeteksi suatu protein yang disebut antibodi, khususnya antibodi spesifik terhadap SARS-CoV-2 ini.
"Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada orang-orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19, orang yang sudah mendapatkan vaksinasi, serta dapat digunakan untuk mengukur antibodi pada donor plasma konvalesen yang akan ditransfusikan,” kata Irhamsyah.
Dijelaskan dr Irhamsyah, prinsip pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS-CoV-2 ini menggunakan pemeriksaan laboratorium imunoserologi pada sebuah alat automatik (autoanalyzer).
Alat automatik ini dipergunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap SAR-CoV-2. Pemeriksaan ini biasa disebut dengan Electro Chemiluminescence Immunoasssay (ECLIA).
ECLIA akan mendeteksi, mengikat, serta mengukur antibodi netralisasi.
Sebagai informasi, antibodi netralisasi adalah antibodi yang dapat berikatan spesifik pada bagian struktur protein spike SARS-CoV-2.
Protein spike adalah protein berbentuk paku yang tersebar di permukaan virus Covid-19, sebelum virus Covid-19 memasuki sel-sel pada tubuh kita dengan menggunakan label-label yang berikatan spesifik dengan antibodi netralisasi tersebut.
Adapun, jenis sampel yang dapat digunakan dalam pemeriksaan ini yaitu sampel serum dan plasma dengan cara diambil darah vena.