KOMPAS.com - Vaksin Nusantara inisiasi Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjadi topik populer yang dibaca di kanal Sains Kompas.com.
Vaksin ini disebut sangat personal dan berbasis sel dendritik.
Kami pun mencoba menjelaskan apa bedanya dengan vaksin konvensional seperti Sinovac, Pfizer, hingga AstraZeneca.
Selain beda Vaksin Nusantara dengan vaksin lain, berita populer lain adalah soal pertanyaan apakah orang dengan riwayat autoimun jika terinfeksi Covid-19 efeknya bisa lebih parah hingga viral Gunung Gede yang terlihat dari Kemayoran.
Baca juga: [POPULER SAINS] Sindrom Rapunzel Makan Rambut Sendiri | Dunia di Bawah Antartika
Berikut penjelasan Sains tentang apa yang ada di sekitar kita:
Dijelaskan ahli biologi molekuler Ahmad Utomo, di dalam vaksin konvensional ada yang namanya antigen, yakni bagian dari virus atau virus yang dilemahkan yang berfungsi memicu tumbuhnya antibodi.
Saat vaksin diinjeksikan ke bahu, antigen akan bertemu jaringan kulit dan bertemu sel dendritik.
Sel dendritik adalah sel imun yang berfungsi sebagai guru bagi sel-sel dalam darah yang bertugas memproduksi antibodi.
Nah, hal ini tidak dilakukan oleh Vaksin Nusantara.
Pada vaksin Nusantara, orang yang divaksin akan diambil darahnya kemudian oleh tim peneliti bagian-bagian sel dipisahkan. Tujuannya untuk mengeluarkan sel dendritik.
Peneliti kemudian akan melakukan proses kultur jaringan untuk menumbuhkan sel dendritik di dalam laboratorium, kemudian diberi antigen, dan memasukkannya lagi ke tubuh.
Baca selengkapnya soal cara kerja vaksin Nusantara di sini:
Vaksin Nusantara Terawan Berbasis Sel Dendritik, Apa Bedanya dengan Vaksin Lain?