Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Di Balik Hari Valentine, Santo Valentinus yang Asli Bukan Pelindung Cinta

Kompas.com - 14/02/2021, 13:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Lisa Bitel

SETIAP tanggal 14 Februari, banyak pasangan dari segala umur akan saling bertukar kartu ucapan, bunga, cokelat, dan hadiah-hadiah lainnya atas nama Santo Valentinus.

Namun, sebagai sejarawan Kristen, saya bisa mengatakan bahwa perayaan modern ini hanyalah cerita karangan yang indah, karena Santo Valentinus bukanlah seorang pecinta atau pelindung cinta.

Faktanya, Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang berawal dari sebuah perayaan keagamaan untuk memperingati tragedi pemenggalan kepala satu atau mungkin dua orang martir Kristen pada Abad ke-3.

Lalu, bagaimana dari pemenggalan kepala berubah menjadi perayaan kasih sayang pada Hari Valentine?

Baca juga: Hari Valentine, Ini Alasan Ilmiah Mengapa Manusia Jatuh Cinta

Asal mula Santo Valentinus

Sumber-sumber kuno menguak bahwa ada beberapa Santo Valentinus yang meninggal pada 14 Februari.

Dua di antaranya dieksekusi pada masa pemerintahan Kaisar Roma Claudius Gothicus pada tahun 269-270 Masehi, ketika persekusi terhadap pengikut Kristen lazim terjadi.

Dari mana kita tahu?

Ini karena sebuah ordo beranggotakan biarawan asal Belgia menghabiskan tiga abad untuk mengumpulkan bukti-bukti atas kehidupan para orang suci dari manuskrip terkenal di seluruh dunia.

Mereka disebut sebagai “Bollandist”, diambil dari nama Jean Bolland, seorang akademisi dari ordo Jesuit yang menerbitkan 68 jilid “Acta Sanctorum” atau “Kehidupan Para Orang Suci,” pada awal 1643.

Sejak itu, para biarawan melanjutkan penulisan hingga jilid terakhir yang terbit pada tahun 1940.

Mereka menggali setiap informasi terkait para orang suci dalam kalender keagamaan Kristen dan mencetak teks berdasarkan urutan hari raya mereka.

Baca juga: 7 Perubahan Otak dan Tubuh Saat Jatuh Cinta, Menurut Sains

Para martir Valentine

Dalam bab yang mencakup tanggal 14 Februari, terdapat kisah-kisah “Valentini,” termasuk tiga santo pertama yang meninggal di abad ketiga.

Wellcome Images, CC BY Santo Valentinus memberkati penderita epilepsi.

Santo Valentinus paling awal disebutkan meninggal di Afrika, bersama dengan 24 tentara.

Sayangnya, para Bollandist tidak bisa menemukan informasi apa pun terkait Santo Valentinus ini.

Terkadang, informasi yang didapatkan hanya sebuah nama dan hari kematian.

Kita pun hanya mengetahui sedikit tentang dua Santo Valentinus yang lain.

Menurut legenda Abad Pertengahan yang dicetak ulang dalam “Acta”, yang juga mencantumkan kritik dari Bollandist terkait nilai historisnya, seorang biarawan Roma bernama Valentinus ditangkap saat pemerintahan Kaisar Gothicus dan berada dalam pengawasan seorang aristokrat bernama Asterius.

Diceritakan, Asterius membuat kesalahan dengan membiarkan Valentinus berkhotbah.

Pastor Valentinus lalu berbicara tentang bagaimana Yesus membimbing para pengikut Pagan keluar dari kegelapan menuju cahaya kebenaran dan penyelamatan.

Asterius lalu memberikan tawaran untuk Valentinus: Jika orang Kristen bisa menyembuhkan anak angkat Asterius dari kebutaan, dia akan memeluk agama Kristen.

Valentinus menumpangkan tangan ke mata anak perempuan itu dan berdoa:

“Tuhan Yesus Kristus, buka mata hamba-Mu, karena Engkau-lah Tuhan, Cahaya Sejati.”

Setelah doa sederhana itu, mata anak perempuan itu bisa melihat. Ini cerita menurut legenda abad pertengahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com