Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli China Temukan Mutasi Alami dari Virus Demam Babi Afrika

Kompas.com - 07/02/2021, 18:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Ilmuwan China menemukan mutasi alami pada virus demam babi Afrika.

Menurut mereka, mutasi alami ini tidak begitu mematikan, dibandingkan dengan jenis yang membunuh kawanan babi terbesar di dunia pada 2018-2019.

Dilansir Reuters, Jumat (5/2/2021), temuan yang diterbitkan dalam Chinese Journal of Veterinary Science edisi Februari pekan ini muncul di tengah perdebatan sengit di industri mengenai evolusi penyakit yang belum ada vaksinnya.

Baca juga: Daripada Babi, Penularan Virus SARS-CoV-2 Lebih Rentan pada Kucing, Kok Bisa?

Bulan lalu Reuters melaporkan, setidaknya dua jenis baru demam babri Afrika telah ditemukan di peternakan babi China yang diduga buatan manusia.

Strain virus tersebut memicu demam babi Afrika dengan efek kronik yang secara signifikan memengaruhi produksi peternakan babi.

Para peneliti di Institut Kedokteran Hewan Militer di Changchun mengatakan, tampaknya ada tren peningkatan kematian akibat demam babi Afrika dengan lebih banyak gejala klinis yang tidak mudah dideteksi dan sulit dikendalikan.

Karakteristik tersebut juga dikaitkan dengan strain yang diyakini telah dibuat untuk digunakan dalam vaksin terlarang.

Namun para peneliti mengatakan bahwa dengan periode berkepanjangan demam babi yang beredar di China, varian alami pasti akan muncul.

Varian yang kurang ganas juga telah ditemukan di Latvia dan Estonia dalam beberapa tahun terakhir.

Strain baru, yang disebut HuB20, diisolasi dari sampel daging babi di pasar di provinsi Hubei tengah, kata Hu Rongliang dan rekannya di institut di bawah Tentara Pembebasan Rakyat China.

Itu memiliki penghapusan parsial dari gen CD2v dan gen 8CR yang berdekatan.

Penelitian sebelumnya di Rusia menunjukkan bahwa menghapus dua gen tersebut dapat melindungi terhadap demam babi Afrika.

Baca juga: Mengenal Ancaman Virus Corona Sindrom Diare Akut Babi pada Sel Manusia

Gen tersebut berbeda dengan gen yang hilang dari isolat virus yang dijelaskan sebelumnya oleh pelaku industri.

“Varian ini tidak mengandung gen penanda yang diketahui, menunjukkan bahwa varian alami ASFV terjadi di China dan ini mungkin terkait dengan epidemi sub akut ASF di negara tersebut,” tulis para penulis.

Hu dan koleganya mengatakan pekerjaan sedang dilakukan untuk memvalidasi virulensi strain baru tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com