Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Dosis Kedua Vaksin Corona Bisa Diberikan Lebih Lambat?

Kompas.com - 14/01/2021, 13:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Vaksin Covid-19 harus diberikan dua dosis, dengan interval minimal tiga minggu.

Namun menimbang terbatasnya pasokan dan tingginya animo, Inggris akan menunda hingga beberapa minggu pemberian dosis kedua. Tujuannya, agar lebih banyak orang mendapat vaksinasi lebih awal.

Pejabat kesehatan di London berpendapat, penangguhan pemberian dosis kedua hingga 12 minggu, tidak akan mempengaruhi keampuhan vaksin.

Wacana dari Inggris ini, juga memicu diskusi panas di Uni Eropa.

Baca juga: Jokowi Divaksin, Berikut 5 Fakta Vaksin Covid-19 Sinovac

Kini para pakar medis terpecah pada dua kubu, pro dan kontra.

Pandangan mereka juga sangat bertolak belakang, yang membuat kepercayaan pada vaksin baru corona tidak makin positif.

Tapi yang jelas, vaksinasi dosis kedua sangat diperlukan, karena ini ibarat "booster" roket pendorong yang memicu jawaban imunitas tubuh lebih kuat.

Berpegang pada data yang sudah ada

Lembaga pengawas obat-obatan Eropa-EMA, yang setelah Brexit tidak lagi bertanggung jawab pada regulasi obat-obatan di Inggris, menanggapi skeptis wacana kerajaan Inggris.

Pasalnya, walau batas waktu paling lambat antara pemberian dua dosis vaksin BioNTech-Pfizer tidak didefinisikan ketat, tapi pembuktian keampuhannya didasarkan pada sebuah riset, yang menyebut pemberian dosis hendaknya diberikan dengan jeda antara 19 hingga 42 hari.

Artinya, pemberian dosis vaksin susulan setelah enam bulan, tidak selaras dengan regulasi yang sudah diterbitkan, dan menuntut perubahan izin serta data klinis lebih banyak.

Pfizer mendasarkan pada data uji klinis fase tiga yang hanya meneliti seefektif apa vaksin setelah memberikan dua dosis dalam jarak waktu terpaut tiga minggu. Walau diketahui, sebagian sudah membangun reaksi pertahanan tubuh setelah 12 hari pemberian dosis pertama, tapi tidak ada data mengenai jangka waktu setelah tiga minggu.

President Paul-Ehrlich-Instituts (PEI), Professor Dr. Klaus Cichutek, juga menyatakan tetap akan bertahan pada lampiran data yang sudah ada, terkait keampuhan dan keamanan vaksin bersangkutan.

Interval pemberian vaksin yang fleksibel

Thomas Mertens, ketua komisi tetap vaksinasi Jerman (STIKO) pada Robert-Koch-Institut (RKI), sebaliknya menanggapi positif wacana dari Inggris itu.

"Karena interval antara kedua vaksinasi, kemungkinan besar bisa variabel dalam batasan lebih panjang, dan perlindungan setelah dosis pertama juga sudah cukup bagus, sangat patut dipertimbangkan, pada saat kelangkaan pasokan vaksin, prioritas ditekankan pada pemberian vaksin dosis pertama," tegas Mertens.

Pakar virologi Hendrik Streeck, juga mendukung wacana Inggris itu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com