Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama Pandemi Covid-19 di Asia, Kunjungan Pasien Kanker ke Layanan Kesehatan Menurun

Kompas.com - 15/12/2020, 18:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 telah memberi dampak besar terhadap banyak sektor kehidupan, termasuk mengganggu keberlangsungan pelayanan kesehatan, salah satunya pada pasien kanker.

Direktur National University Cancer Institute Singapore, Profesor Chng Wee Joo mengatakan, kawasan Asia merupakan wilayah dengan populasi padat di dunia, 4,2 miliar populasi atau 55 persen dari populasi dunia ada di kawasan ini pada tahun 2018.

Namun, berdasarkan data statistik kanker pada tahun 2018, 8,2 juta kasus kanker baru terjadi dan 5,2 juta kasus di antara kanker tersebut menyebabkan kematian. Hal ini sama dengan setengah dari beban kanker di seluruh dunia. 

Adapun 5 jenis kanker yang paling banyak dialami oleh masyarakat Asia adalah kanker paru, kanker payudara, kanker kolorektal, kanker hati (hepatitis), kanker perut.

Namun sayang sekali, para ahli onkologi menyebutkan bahwa kunjungan pasien kanker di masa pandemi saat ini telah mengalami penurunan.

Baca juga: Gejala Kanker Mulut Mirip Sariawan, Begini Cara Mencegahnya

Penyebabnya akibat pasien khawatir dan takut jika berkunjung ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) justru meningkatkan risiko mereka terinfeksi Covid-19.

Penurunan kunjungan pasien kanker di Asia

Untuk di negara Singapura, khususnya di National University Cancer Institute Singapore (NICS), Profesor Chng Wee Joo dalam pemaparannya menyampaikan bahwa terdapat penurunan 9 persen dalam kunjungan untuk konsultasi pertama dan 30 persen penurunan konsultasi tindak lanjutan.

Chng berkata, penurunan kunjungan konsultasi itu terjadi signifikan pada bulan Februari dan Maret 2020, meskipun disebutkan pula angka-angka ini presentasi kunjungan ini telah berangsur kembali pulih.

Sementara itu, dalam survei terhadap 480 para ahli bedah di seluruh India, dan diperkirakan 192.000 pasien kemungkinan mengalami keterlambatan dalam diagnosis kanker secara tepat waktu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com