Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2020, 13:27 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Sejak tanggal 1 hingga 8 Desember 2020, hasil monitoring BMKG mencatat empat kejadian gempa signifikan yang dipicu aktivitas sesar aktif

Keempat gempa itu lokasinya tersebar di berbagai wilayah, yakni di Lampung, Langsa, Deli Serdang, dan Bukittinggi.

"Kendati lokasi tersebar, tetapi aktivitas gempa akibat sesar aktif tetap harus diwaspadai," kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG.

Menurut Daryono, rentetan gempa menunjukkan karakteristik gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang memiliki hiposentar dangkal, lebih banyak terjadi di darat, dan sumbernya dekat permukiman penduduk.

Baca juga: 29 Gempa Guncang Parigi Moutong dalam Sepekan, Ini Analisis BMKG

"Dalam banyak kasus gempa akibat sesar aktif dengan kekuatan kurang dari 5,0 dapat menimbulkan kerusakan," jelasnya.

Di bawah ini adalah beberapa aktivitas gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif di Pulau Sumatera akhir-akhir ini:

  1. Gempa Pasawaran, Lampung 2 Desember 2020 berkekuatan 4,6 dirasakan di Pringsewu, Pesawaran, Natar, dan Bandar Lampung dipicu Sesar Semangko Timur. Sesar ini aktif, memiliki magnitudo tertarget 6,5 dan pernah memicu gempa merusak tahun 1908 dan 1994.
  2. Gempa Langsa, Aceh 3 Desember 2020 berkekuatan 4,9 dirasakan di Langsa, Ramiah, Kemuning, Tualancut. Gempa ini dipicu Sesar Anjak Langsa yang pernah memicu gempa 5,1 pada 27 September 2018.
  3. Gempa Bandar Baru, Sibolangit, Deli Serdang 7 Desember 2020 berkekuatan 2,8 dirasakan di Bandar Baru diduga dipicu sesar aktif di sekitar Gunung Sibayak. Episenter gempa ini dekat sumber gempa berkekuatan 5,6 pada 16 January 2017 yang menimbulkan kerusakan rumah.
  4. Gempa Bukittinggi, Sumatera Barat 7 Desember 2020 berkekuatan 4,8 dirasakan di Pasaman, Payakumbuh, Bukittinggi, dan Padang Panjang. Gempa ini dipicu Sesar Sianok yang merupakan bagian dari segmen Sesar Besar Sumatera yang memiliki magnitudo tertarget 7,4 dan pernah memicu gempa merusak pada tahun 1922 dan 1926.

Apakah rentetan gempa ini wajar?

Menjawab pertanyaan tersebut, Daryono memastikan bahwa aktivitas rentetan gempa di zona sesar di Sumatera akhir-akhir ini merupakan fenomena yang wajar.

Ilustrasi simulasi apabila terjadi gempa bumi, mitigasi gempa bumishutterstock Ilustrasi simulasi apabila terjadi gempa bumi, mitigasi gempa bumi

"Hal ini mengingat bahwa Pulau Sumatera memang banyak terdapat sebaran sesar aktif, baik yang sudah terpetakan maupun yang belum terpetakan," jelas Daryono.

Dia menjelaskan, setiap segmen atau ruas sesar aktif memiliki besaran laju geser sendiri-sendiri dan tentunya mengalami akumulasi tegangan pada masing-masing segmen.

Jika akumulasi medan tegangan melampaui batas elastisitas batuannya maka akan terjadi pergeseran secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa.

Baca juga: Berada di Lantai Atas saat Gempa, Lebih Baik Turun atau Berlindung?

Mitigasi

Sebagai langkah kesiapsiagaan, masyarakat diimbau agar tidak abai dengan keberadaan jalur sesar aktif di daerah masing-masing. Jalur sesar ini dapat dilihat di peta tektonik sesar aktif.

Jika ternyata tempat tinggal kita relatif dekat sumber gempa maka sebagai upaya mitigasi kita wajib membangun rumah yang memenuhi standar tahan gempa.

Jika belum memungkinkan maka ada alternatif lain dengan membangun rumah dari bahan ringan dari kayu dan bambu yang didisain menarik.

"Jangan asal-asalan dalam membangun rumah tembok, apalagi tanpa besi tulangan karena bangunan akan mudah roboh saat terjadi gempa kuat," ucap Daryono menyarankan.

Masyarakat harus memahami bahwa gempa bumi tidak membunuh dan melukai tetapi bangunan dengan struktur lemah dan tidak memenuhi standar yang kemudian roboh saat gempa dan menimpa penghuninya adalah penyebab jatuhnya korban jiwa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com