Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Gunung Ili Lewotolok, Ini Penjelasan dan Rekomendasi PVMBG

Kompas.com - 30/11/2020, 16:34 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aktivitas gunung api Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sejak Minggu (29/11/2020) pukul 13.00 Wita dinaikkan dari level II Waspada menjadi level III Siaga.

Data dari Magma Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) melalui Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dalam keterangan tertulisnya menyebutkan bahwa Gunung Api Ili Lewotolok ini mengalami erupsi pertama pada tanggal 27 November 2020 pukul 05.57 Wita.

Erupsi tersebut terjadi dengan tinggi kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam 500 meter di atas puncak, yaitu sekitar 1.923 meter di atas permukaan laut, dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 34 mm dengan durasi erupsi tidak teramati jelas karena diikuti tremor atau getaran terus-menerus.

Baca juga: Bagaimana Para Ahli Bisa Tahu Gunung Berapi Akan Meletus?

Erupsi kedua di Gunung Api Ili Lewotolok ini terjadi pada tanggal 29 November 2020 pada pukul 09.45 Wita.

Tinggi kolom abu mencapai 4.000 meter di atas puncak atau sekitar 5.423 meter di atas permukaan laut dengan intensitas tebal condong ke arah barat di kolom bagian bawah dan ke arah timur di kolom bagian atas, serta kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam.

Erupsi yang kedua ini juga terekam di seismogram, dengan amplitudo maksimum 35 mm dengan durasi erupsi 10 menit dan diikuti tremor terus-menerus.

"Data pemantauan tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas Gunung ILI Lewotolok masih tinggi dan berpotensi untuk mengalami erupsi susulan," tulis Badan Geologi PVMBG KESDM.

Potensi bahaya Gunung Ili Lewotolok

Dengan kondisi aktivitas gunung yang masih tinggi itu, aktivitas Gunung Ili Lewotolok saat ini disebutkan sangat berkemungkinan dan berpotensi bahaya, di antaranya sebagai berikut:

- Berupa lontaran batu atau larva pijar ke segala arah

- Hujan abu lebat yang penyebarannya bergantung arah dan kecepatan angin

- Awan panas utamanya ke arah bukaaan kawah (tenggara)

- Longsoran material lapuk yang berada di kawah puncak ke arah tenggara

- Aliran lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Ili Lewotolok terutama pada musim hujan ini.

Baca juga: Status Gunung Merapi Siaga, Begini Kata Mbah Rono

Menurut data pemantauan Badan Geologi PVMBG KESDM, data kegempaan dalam tiga bulan terakhir terekam fluktuatif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com