KOMPAS.com- Memiliki bobot tubuh yang melebihi indeks massa tubuh bukan hanya menjadi persoalan body shaming pada penampilan seseorang.
Namun, para ahli cenderung menilai dan menganjurkan untuk tidak memiliki berat badan berlebih atau obesitas karena berbagai penyakit yang bisa mengikuti keadaan tersebut, termasuk salah satunya adalah diabetes.
Bagaimana orang obesitas bisa berisiko mengidap penyakit diabetes?
Presiden PB Persadia terpilih periode 2020-2022, Dr dr Sony Wibisono SpPD-KEMD, FINASIm membetulkan bahwa obesitas bisa meningkatkan risiko orang tersebut menderita penyakit diabetes.
Baca juga: Vitamin A dan Suhu Dingin Dorong Terapi Baru untuk Obesitas, Kok Bisa?
Sony menjelaskan, berdasarkan petunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa seseorang bisa disebut obesitas secara global adalah jika bobot tubuhnya melebihi 30 Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).
"Tapi untuk Indonesia dan sekitarnya berbeda, (massa tubuh) lebih dari 24,5 BMI udah masuk gemuk. Jadi tiap wilayah berbeda-beda karena memiliki gen tertentu soal gemuk," kata Sony dalam diskusi daring bertajuk World Diabetes Day 2020: Pentingnya Peran Cargiver dan Saatnya Sadar serta Peduli Diabetes, Selasa (3/11/2020).
Ada setidaknya 3 mekanisme yang membuat orang dengan obesitas berisiko tinggi mengidap diabetes.
Baca juga: Perhatikan BMI untuk Kurangi Risiko Covid-19 akibat Obesitas
Pada kondisi gemuk atau obesitas, tubuh mempunyai 2 macam jaringan lemak yaitu cokelat dan putih. Kedua jaringan ini memiliki perbedaan sifat.
Sifat yang paling baik adalah yang tidak menyimpan energi tetapi membakar energi yaitu jaringan lemak cokelat.
Sedangkan, jaringan lemak putih adalah jaringan lemak yang tidak baik karena hanya bisa menyimpan energi.
"Pada orang obesitas, komponen (jaringan) ini banyak yang putih," ujarnya.