KOMPAS.com - Stres yang berkepanjangan tak hanya memengaruhi kesehatan mental, tapi juga bisa menyebabkan perut buncit. Kondisi ini disebut stress belly.
Diberitakan Kompas.com 18 April 2020, stres dapat memicu produksi hormon kortisol yang berkontribusi pada penumpukan lemak perut.
Hormon kortisol tersebut dapat mempengaruhi distribusi lemak dan menyebabkan lemak disimpan secara terpusat di bagian perut.
Dilansir Health Line, (28/10/2019), respons hormon kortisol diproduksi di kelenjar adrenal yang berfungsi untuk mengontrol gula darah dan metabolisme.
Baca juga: 7 Cara Termudah Kecilkan Perut Buncit Menurut Sains
Bersama dengan hormon lain seperti adrenalin, kortisol adalah bagian dari respons "fight or flight" yang dimiliki tubuh.
Saat menghadapi ancaman, respons stres ini memperlambat fungsi tubuh yang tidak perlu sehingga Anda bisa fokus. Begitu ancaman berlalu, semuanya kembali normal.
Itu hal bagus.
Namun, stres yang berkepanjangan dapat membuat kadar hormon stres meningkat, bersama dengan tekanan darah dan gula darah Anda. Ini tentu tidak baik.
Dalam sebuah studi yang ditinjau pada 2018 mengungkap, kadar kortisol yang lebih tinggi dan dimiliki dalam waktu panjang berhubungan dengan perut buncit.
Namun sebagai catatan, tidak semua penderita obesitas memiliki kadar kortisol yang tinggi.
Ahli yang terlibat dalam penelitian mengatakan stress belly jangka pendek dapat menyebabkan masalah perut seperti muntah dan diare.
Irritable bowel syndrome (IBS) bisa disebabkan oleh stres jangka panjang. Jika Anda sudah menderita IBS, stres dapat memperburuk gas dan perut kembung.
Genetika memengaruhi tempat tubuh menyimpan lemak. Hormon, usia, dan berapa banyak anak yang dilahirkan seorang wanita juga berperan dalam hal ini.
Namun, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menghilangkan lemak perut.
Pertama, hindari semua solusi "menghilangkan lemak perut dengan cepat". Tidak ada solusi cepat.