Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2020, 19:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia adalah negara yang berpotensi rawan bahaya gempa bumi dan tsunami.

Memperbanyak riset dan mensosialisakan hasil kajian terkait, menjadi salah satu saran mitigasi dari pakar tsunami.

Hal ini disampaikan oleh Pakar tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko terkait kegelisahan masyarakat tentang hasil riset tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang potensi gempa megathrust dan tsunami mencapai ketinggian 20 meter di selatan Pulau jawa.

Baca juga: BMKG: Warga Harus Akhiri Kepanikan Potensi Tsunami dan Gempa Megathrust

Widjo berkata, upaya mitigasi yang perlu dilakukan adalah meningkatkan riset atau kajian terkait dengan sumber ancaman, survei laut dan aspek sosial.

"Tetapi, hasilnya perlu disosialisasikan dan dijadikan kebijakan," kata Widjo kepada Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

Mitigasi tersebut dapat melengkapi mitigasi lainnya berupa edukasi-sosialisasi tsunami kepada masyarakat, pembangunan tata ruang, dan integrasi sistem peringatan dini tsunami (InaTEWS).

Widjo juga menambahkan, kebijakan pengurangan risiko bencana (PRB) harus berdasarkan data sains dan riset yang kuat.

Penelitian potensi tsunami di Indonesia

Menyoal isu yang sama, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan, penelitian terkait potensi gempa bumi dan tsunami memang sudah dilakukan sebelum isu riset ITB yang viral baru-baru ini.

Sejak beberapa tahun yang lalu, beberapa peneliti telah melakukan kajian potensi kejadian tsunami di Pantai Selatan Jawa yang dapat mencapai ketinggian 20 meter akibat gempa bumi megathrust.

Metode, pendekatan, dan asumsi yang dilakukan dalam setiap penelitian tersebut berbeda, tetapi hasilnya kurang lebih sama, yaitu potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian sekitar 20 meter, dalam waktu 20 menit gelombang tiba di pantai sejak terjadinya gempa.

Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Widjo Kongko (2018), Ron Harrus (2017-2019), dan yang terakhir oleh tim lintas lembaga yang dipimpin oleh ITB.

"Hasil penelitian tersebut diperlukan untuk menguatkan sistem mitigasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami," tegas Dwikorita.

Baca juga: BMKG: Potensi Tsunami 20 Meter untuk Dorong Mitigasi, Bukan Picu Kepanikan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com