Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2020, 13:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hasil riset peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait potensi gempa megathrust M 9,1 yang menyebabkan kemungkinan tsunami mencapai 20 meter di Selatan Pulau Jawa, menjadi sorotan dan menimbulkan keresahan masyarakat.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) secara tegas kembali mengingatkan kepada masyarakat bahwa penelitian dilakukan untuk memperkuat mitigasi, jadi masyarakat tidak perlu panik.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa ragam dan memperbanyak penelitian memang perlu dilakukan karena Indonesia adalah negara yang memang berpotensi rawan bahaya gempa bumi dan tsunami.

Penelitian atau kajian gempa bumi dan tsunami di Indonesia selalu didorong dengan tujuan bukan untuk menimbulkan kecemasan dan kepanikan masyarakat.

Baca juga: BMKG: Warga Harus Akhiri Kepanikan Potensi Tsunami dan Gempa Megathrust

Namun, penelitian itu dilakukan untuk mendukung penguatan sistem mitigasi.

"Sehingga, kita dapat mengurangi atau mencegah dampak dari bencana itu, baik jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan bangunan dan lingkungan," kata Dwikorita dalam keterangan tertulisnya.

Antisipasi potensi tsunami di Indonesia

Dwikorita berkata, sejak tahun 2008, pemerintah Indonesia telah mengantisipasi potensi kejadian tsunami akibat gempabumi megathrust seperti yang pernah terjadi di Aceh tahun 2004, dan juga seperti yang dimodelkan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Sistem monitoring dan peringatan dini yang dibangun oleh BMKG, dioperasikan dengan Internet if Thing (IoT) dan diperkuat oleh super computer dan Artificial Intelligent (AI).

"Jadi sistem peringatan dini yang dibangun di BMKG memang disiapkan untuk memonitor dan mengantisipasi kejadian gempabumi (termasuk gempabumi megathrust) dengan magnitudo dapat mencapai lebih dari Mw 9 dan memberikan peringatan dini potensi datangnya gelombang tsunami," jelasnya.

Dalam waktu 3-5 menit setelah kejadian gempabumi, sistem monitoring dan peringatan dini BMKG itu nantinya secara otomatis dapat menyebarluaskan informasis peringatan dini tsunami ke masyarakat di daerah rawan gempabumi dan tsunami.

Informasi peringatan kepada masyarakat itu bisa dilakukan melalui peran BNPB, BPBD, media massa ataupun beberapa moda diseminasi (seperti sms, email, website, dan media sosial).

Baca juga: Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa, Lakukan 3 Saran Mitigasi Ini

"Dengan penyebarluasan peringan dini tsunami tersebut, maka masih tersisa waktu kurang lebih 15-17 menit untuk proses evakuasi, apabila waktu datangnya tsunami diperkirakan dalam waktu 20 menit," ucap dia.

BMKG di seluruh provinsi dan wilayah rawan gempabumi dan tsunami di Indonesia tetap terus siaga 24 jam dengan memonitor atau menginformasikan kejadian gempabumi secara real time dan dengan seketika memberikan peringatan dini potensi tsunami yang dapat dibangkitkan.

Serta, akan terus dilakukan sinergi yang saling mendukung dengan BNPB, Pemerintah Daerah atau BPBD, TNI, Polri, Media, masyarakat dan berbagai pihak terkait utk lebih siap dalam mengantisipasi bahaya gempabumi dan tsunami.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com