Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badak Sumatera Kritis, Berikut Upaya Penyelamatan Populasi Satwa Asli Indonesia Ini

Kompas.com - 23/09/2020, 13:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Kekayaan biodiversitas Indonesia telah diakui dunia, dan semua pihak berharap kelestarian ekosistem tersebut tetap terjaga. Badak Sumatera menjadi salah satu satwa biodiversitas asli Indonesia.

Saat ini, spesies badak ini masuk dalam status konservasi terancam kritis (critically endangered) menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) untuk Konservasi Alam.

Badak Sumatera merupakan spesies langka dari famili Rhinocerotidae, yang dikenal juga sebagai badak berambut atau badak Asia bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis).

Untuk diketahui, Badak Sumatera ini dianggap menarik karena spesies ini hanya satu-satunya yang tersisa dari genus Dicerorhinus dan termasuk salah satu dari lima spesies yang masih lestari di dunia.

Baca juga: Ilmuwan Malaysia Gunakan Teknologi Kloning Kembalikan Badak Sumatera

 

Namun, ternyata populasi badak Sumatera kian mengkhawatirkan karena diperkirakan jumlah populasinya kurang dari 100 ekor atau bahkan di bawah jumlah 80 ekor saat ini.

Upaya penyelamatan Badak Sumatera

Pada tahun 1990, saat penyusunan Strategi dan Rencana Aksi (SRAK) Badak Indonesia 1993-2003, jumlah badak Sumatra diperkirakan berjumlah sekitar 400 individu.

Akan tetapi, dari banyak usaha perlindungan yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sipil, jumlah populasi badak asli Indonesia ini terus berkurang.

Sebagai upaya penyelamatan populasi Badak Sumatera, Pemerintah Indonesia telah menyusun Rencana Aksi Darurat (RAD) atau Emergency Action Plan (EAP) di tahun Penyelamatan Populasi Badak Sumatera 2018-2021.

Baca juga: Punah Sudah Badak Sumatera di Malaysia…

 

RAD ini merupakan langkah strategis, mendesak, revolusioner, dan memiliki prioritas tinggi untuk menyelamatka Badak Sumatera dari kepunahan.

RAD ini dianggap menjadi sangat penting karena beberapa faktor sebagai berikut.

Di antaranya adalah mengingat saat ini populasi Badak Sumatera kecil, laju perkembangbiakan yang rendah, adanya populasi yang terisolir dan tidak viabel, serta tingginya ancaman perburuan dan kehilangan habitat.

Direktur Eksekutif Yayasan Kehati, Riki Frindos menuturkan dalam upaya mendukung RAD pelestarian Badak Sumatera ini, Yayasan Kehati ikut serta dalam mengeluarkan dana untuk perlindungan spesies tersebut melalui program Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera dan TFCA Kalimantan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com