Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi Kehilangan 28 Triliun Ton Es dalam 23 Tahun, Ini Dampaknya

Kompas.com - 24/08/2020, 12:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Para ilmuwan dari universitas Leeds, Edinburgh, dan College London menganalisis survei satelit gletser, pegunungan, dan lapisan es di seluruh dunia antara 1994-2017 untuk mengidentifikasi dampak pemanasan global.

Dalam ulasan yang diterbitkan di jurnal Cryosphere Discussions, tim menemukan hilangnya es dalam jumlah fantastis yakni sekitar 28 triliun ton es dala 23 tahun.

Mereka mengatakan, mencairnya gletser dan lapisan es dapat menyebabkan permukaan laut naik secara dramatis, kemungkinan mencapai satu meter pada akhir abad ini.

Baca juga: Rekor Baru, Greenland Kehilangan 586 Miliar Ton Lapisan Es Tahun Ini

"Sebagai gambaran, setiap satu sentimeter kenaikan permukaan laut berarti sekitar sat juta orang akan terusir dari tanah mereka yang rendah," kata Profesor Andy Shepherd, direktur Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub Universitas Leeds dilansir The Guardian, Minggu (23/8/2020).

Hilangnya es secara dramatis dapat menimbulkan konsekuensi parah lainnya, termasuk gangguan besar pada keadaan perairan Arktik dan Antartika.

Selain itu, hilangnya es juga dapat mengurangi kemampuan planet memantulkan radiasi matahari kembali ke luar angkasa.

Penemuan ini cocok dengan prediksi skenario kasus terburuk yang dilakukan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) dan telah dikonfirmasi para ilmuwan.

Pada 31 Juli, bagian utara Dataran Es Milne telah retak dan terbelah.Planet Lans Inc via BBC Pada 31 Juli, bagian utara Dataran Es Milne telah retak dan terbelah.

"Dulu para peneliti mempelajari area seperti Antartika dan Greenland, tempat es mencair. Tapi ini pertama kalinya ada tim yang melihat hilangnya keseluruhan es di seluruh planet," kata Stepherd.

"Apa yang kami temukan sangat mengejutkan."

Dalam laporannya, tim peneliti mencatat ada sedikit keraguan bahwa hilangnya sebagian besar es di bumi adalah akibat langsung dari pemanasan global.

Penemuan ini muncul seminggu setelah para peneliti di Ohio State University menemukan bahwa lapisan es Greenland di ujung tanduk.

Baca juga: Dataran Es Terakhir Berusia 4.000 Tahun di Arktik Terbelah

Dilansir Science Alert, Senin (24/8/2020), menurut para peneliti, hujan salju yang mengisi kembali gletser setiap tahunnya tidak dapat lagi mengimbangi laju pencairan es.

Ini berarti Greenland akan terus kehilangan es bahkan jika suhu global berhenti naik.

Lapisan es Greenland adalah area es terbesar kedua di dunia.

"Apa yang kami temukan adalah bahwa es yang mengalir ke laut jauh melebihi salju yang menumpuk di permukaan lapisan es," kata Michalea King, penulis utama dan peneliti di Pusat Penelitian Iklim dan Kutub Byrd Universitas Negeri Ohio dalam siaran pers.

Menurut studi NASA, 2010-2019 adalah dekade terpanas yang pernah tercatat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com