Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, BMKG Ajak Petani Rakayasa Komoditas

Kompas.com - 05/08/2020, 13:37 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perubahan iklim telah dirasakan dalam skala global maupun nasional Indonesia, dengan salah satu yang paling terdampak adalah sektor pertanian.

Melihat kondisi ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengajak para petani untuk menyiasati perubahan iklim melalui rekayasa komoditas.

Untuk diketahui, rekayasa komoditas yang dimaksudkan adalah upaya menyesuaikan jenis bibit komoditas, serta pola dan waktu tanamnya dengan kondisi cuaca dan iklim.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa hal ini memang perlu dilakukan guna mengantisipasi puso atau gagal panen yang berakibat kerugian ekonomi.

Baca juga: Agustus dan September, Ini Wilayah Indonesia Memasuki Puncak Musim Kemarau

"Petani perlu jeli dalam memperhatikan cuaca dan musim. Pilih tanaman yang cocok dengan musim tersebut. Jangan paksakan tanam padi yang membutuhkan banyak air pada saat musim kemarau," kata Dwikorita saat membuka Sekolah Lapang Iklim di Desa Jogoyasan, Kabupaten Magelang, Senin (3/8/2020).

Dwikorita pun menegaskan bahwa petani perlu mencari alternatif komoditas setiap kali pergantian musim.

Pergantian komoditas itu juga perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi cuaca dan musim, agar diperoleh harga jual yang juga baik.

Itulah mengapa BMKG menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI). Dengan demikian, petani bisa memanfaatkan informasi dan prakiraan cuaca dengan baik.

Baca juga: BMKG: Wilayah Berikut Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem Hingga Besok

Pasalnya, pranata mangsa yang selama ini kerap dijadikan acuan petani seringkali meleset akibat perubahan iklim.

“Pentingnya memahami cuaca dan iklim itu agar para petani dan penyuluh pertanian bisa memilih waktu tanam yang tepat, jenis dan pola tanaman yang seperti apa, agar produksi panennya lebih tahan dan lebih tangguh terhadap fenomena cuaca dan iklim yang akhir-akhir ini semakin tidak terduga," ujarnya.

Dalam upaya membantu petani mengetahui prediksi dan prakiraan cuaca serta peringatan dini cuaca ekstrem di berbagai wilayah secara real time, para petani dapat mengunduh aplikasi Info BMKG dari Play Store dan Apple Store.

Informasi dalam teknologi digital itu bisa dimanfaatkan mengantisipasi dan meminimalkan kerugian salah tanam akibat perubahan iklim.

Baca juga: BMKG: Kemarau hingga Oktober, 4 Daerah Berstatus Awas Kekeringan

"Jadi setelah SLI ini selesai, kami berharap bapak-ibu bisa mandiri dalam memahami cuaca dan iklim, termasuk bagaimana menghadapi kekeringan," ujarnya.

Dalam kegiatan tersebut, Dwikorita bersama Kepala Dinas Peranian, dan para Petani juga melakukan penanaman bersama tanaman tomat.

Komoditas tomat ini dinilai cocok dibudidayakan di musim kemarau. Sebab, tanaman tomat akan rentan terserang penyakit bila media tanamnya tergenang air atau becek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com