Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hermudananto
Dosen

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada | PhD Student School of Natural Resources and Environment University of Florida

Kerusakan Hutan Belum Berhenti selama Pandemi

Kompas.com - 20/07/2020, 17:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Sebuah catatan di balik keberhasilan moratorium kehutanan Indonesia.

INDONESIA dapat berbangga atas keberhasilan pengurangan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan melalui kerjasama dengan pemerintah Norwegia yang dimulai sepuluh tahun silam.

Namun, di sisi lain, Indonesia masih dinobatkan sebagai negara dengan pengurangan tutupan pohon hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia berdasarkan analisis UN Environment Programme World Conservation Monitoring Centre dalam laporan FAO “The State of the World's Forests 2020” belum lama ini.

Setidaknya dalam waktu dekat ini, Norwegia akan melakukan pembayaran berbasis hasil (Result Based Payement) sebesar 56 juta dollar AS (sekitar seperduabelas anggaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK tahun 2020) atas implementasi REDD+ (Reduction of Emissions from Deforestation and Forest Degradation) yang telah dapat menurunkan emisi sebanyak 11,2 juta ton CO2eq selama periode 2016-2017.

Baca juga: Dapat 56 Juta Dollar AS dari Norwegia, Benarkah Emisi Karbon Indonesia Dikatakan Turun?

Namun, Forest Watch Indonesia (FWI) pun mencatat laju kehilangan tutupan hutan periode 2013-2017 mencapai rata-rata 1,47 juta hektare per tahunnya.

Kalimantan dan Sumatra yang mendominasi (>50 persen dari luas total deforestasi) dengan proyeksi tren kehilangan hutan yang akan bergeser ke arah Indonesia Timur sekitar 245 ribu Ha/tahun pada periode 2017-2034.

Salah satunya penyebab kerusakan hutan yaitu akibat penebangan hutan secara ilegal (Illegal logging) yang masih menjadi isu global yang cukup persisten (FAO, 2020).

Tantangan kehutanan dunia di tengah pandemi Covid-19

Laju jumlah kasus virus corona di Indonesia sejak awal Maret 2020 hingga saat ini belum menunjukkan adanya tanda penurunan. Begitu juga sepertinya dengan laju kerusakan hutan yang cukup mengkhawatirkan.

Hingga pertengahan Juli 2020, sudah 80.00an kasus positif corona di Indonesia di mana hampir 4.000an di antaranya meninggal dunia. Kesulitan ekonomi selama hampir lima bulan terakhir ini dirasakan oleh hampir semua kalangan, tidak terkecuali yang juga berdampak pada kerusakan hutan.

Sebagai contoh Brasil, negara dengan luasan hutan sekaligus jumlah kasus virus corona terbesar kedua di dunia ini.

Brasil kehilangan setidaknya lebih dari 300.000 ha akibat penggundulan hutan Amazon dalam semester pertama tahun 2020 ini menurut catatan National Institute for Space Research (INPE) Brasil.

Baca juga: RI Dapat Rp 812 Miliar dari Norwegia karena Hal Ini...

Senada dengan analisis organisasi lingkungan, Conservation International, yang melaporkan peningkatan deforestasi hampir di seluruh dunia di tengah pandemi, seperti perburuan, penyelundupan binatang liar, pembalakan dan pertambangan liar.

Setidaknya ada dua faktor utama yang mendukung kerusakan hutan dalam masa sekarang ini, yaitu:

(i) adanya kebijakan karantina wilayah atau lockdown yang juga menyebabkan menurunnya pengawasan hutan atau pun jumlah petugas pemerintah; dan,

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com