Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

2 Penyebab Utama Kasus Corona Jawa Timur Terparah di Indonesia

Kompas.com - 13/07/2020, 13:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh M. Atoillah Isfandiari

SEJAK akhir Juni, Jawa Timur menyumbangkan kasus Covid-19 baru terbanyak di Indonesia.

Provinsi ini kini memiliki total kasus Covid-19 tertinggi (22%), sekitar 16.600 kasus per 13 Juli, mengungguli DKI Jakarta (sekitar 14.500 kasus). Secara umum penularan Covid-19 di tengah masyarakat di Jawa Timur belum bisa dikendalikan.

Tingkat kematian akibat Covid-19 di provinsi ini juga yang tertinggi di antara 38 provinsi, yaitu 7,57%, menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur per 5 Juli.

Data ini termasuk kematian petugas kesehatan mencapai 6% (21 dari 325 petugas kesehatan yang terinfeksi Covid-19 per 3 Juli). Persentase kematian tenaga kesehatan ini yang terbanyak, termasuk meninggalnya 10 dokter, 6 perawat, dan 3 bidan.

Ada dua penyebab utama mengapa saat ini Jawa Timur menjadi provinsi yang melampaui DKI Jakarta dalam jumlah kasus Covid-19 maupun pertambahan kasus baru.

Pertama, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan protokol kesehatan di Jawa Timur yang masih relatif rendah dan kedua, lemahnya kebijakan kesehatan terkait penanganan wabah ini di Jawa Timur.

Tak pakai masker

Perilaku individu memang sulit diubah, tapi jika pemerintah persuasif dan tegas, mereka akan patuh karena ini menyangkut keselamatan penduduk secara keseluruhan. Menjaga jarak fisik, mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker merupakan protokol kesehatan yang mudah dilaksanakan untuk mencegah penularan Covid-19.

Meski sempat mengagetkan, misalnya, angka ketidakpatuhan penggunaan masker di Jawa Timur mencapai 70%. Artinya hanya sekitar sepertiga penduduk yang memakai masker saat berinteraksi di ruang publik.

Temuan itu merupakan hasil survei evaluasi implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik) tahap pertama dan kedua yang dilakukan pada Mei.

Survei digelar oleh Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) Jawa Timur dan Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Survei serupa dari lembaga yang sama pada 23-24 Juni menunjukkan ada peningkatan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan meski belum mencapai 80%.

Penggunaan masker merupakan protokol kesehatan yang paling mudah dilaksanakan, bisa diamati dan dievaluasi pelaksanaannya sehingga level kepatuhan masyarakat terhadap protokol ini bisa diukur.

Kebijakan lemah

Penyebab kedua adalah lemahnya kebijakan kesehatan terkait penanganan wabah ini di Jawa Timur.

Salah satu kebijakan yang harus diterapkan di ketiga daerah ini, juga di 7 kabupaten/kota lain yang zona merah dan 22 kabupaten/kota zona oranye, adalah pembatasan mobilitas dan aktivitas sosial masyarakat. Akan tetapi kenyataan di lapangan, saat ini tidak ada kebijakan dengan penegakan sanksi tegas yang terkait pembatasan tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com