KOMPAS.com- Waktu terjadinya fase kontak awal dan kontak akhir Gerhana Matahari Cincin (GMC) pada Minggu (21/6/2020) nanti diprediksikan akan berbeda-beda di setiap kota yang terlintasi jalur cincinnya gerhana matahari di Indonesia.
Bahkan, di sekitar 83 kota di Indonesia justru tidak dapat mengamati fenomena ini sama sekali, bukan hanya karena faktor cuaca. Melainkan memang lintasan gerhana tidak melewati wilayah tersebut sama sekali.
Lantas, mengapa bisa terjadi perbedaan waktu dan tempat terjadinya gerhana ini?
Baca juga: Gerhana Matahari Cincin 2020, Kota Mana yang Tak Bisa Melihatnya?
Dalam keterangan resminya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan secara umumnya gerhana sebenarnya memang dapat diprediksi waktu dan tempat kejadiannya.
Untuk memprediksi keberulangan gerhana matahari ini secara global, gerhana ini dikelompokkan dalam suatu kelompok yang disebut dengan siklus Saros.
Gerhana-gerhana pada siklus Saros tertentu akan berulang hampir setiap 18 tahun 11 hari 8 jam.
Baca juga: Gerhana Matahari Cincin 2020, Jadwal Waktu dan Daftar Wilayahnya
"Dua gerhana berdekatan dalam satu siklus Saros yang sama. Konfigurasi posisi Matahari, Bulan, dan Buminya akan hampir sama," seperti dikutip dari keterangan BMKG, Sabtu (20/6/2020).
Oleh sebab itu, pola peta gerhana global kedua gerhana akan mirip, meskipun lokasi visibilitas gerhananya berbeda.
Dicontohkan, untuk Gerhana Matahari Cincin yang akan terjadi pada 21 Juni 2020 nanti. Fenomena itu merupakan anggota ke 36 dari 70 anggota pada siklus Saros 137.
Dengan begitu, untuk diketahui bahwa GMC 21 Juni nanti akan berasosiasi atau hampir serupa dengan gerhana yang pernah terjadi pada GMC 10 Juni 2002 lalu.