Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hibernasi Hewan untuk Bertahan Hidup, Mungkinkah Manusia Melakukannya?

Kompas.com - 15/06/2020, 13:04 WIB
Yohana Artha Uly,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber SCMP


KOMPAS.com - Hibernasi atau periode tidur panjang adalah hal yang umum terjadi pada hewan, seperti tupai dan beruang kutub. Aktivitas ini membuat metabolisme mereka turun secara drastis.

Tujuannya, untuk menghemat energi tubuh dan bertahan hidup selama musim dingin ketika makanan langka.

Akan tetapi, apakah mungkin manusia melakukan hibernasi dan apa manfaatnya?

Melansir South China Morning Post, Senin (15/6/2020), peneliti dari Universitas Tsukuba di Jepang melakukan studi mengenai kemungkinan hibernasi pada makhluk hidup yang tidak memiliki kebiasaan tersebut.

Baca juga: Lewat Hibernasi Tupai, Ahli Belajar Awetkan Organ Donor Lebih Lama

Penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature tersebut, dilakukan pada tikus yang tidak memiliki kebiasaan hibernasi, tapi kondisi mereka diciptakan seperti mirip hibernasi.

Studi sebelumnya menunjukkan sistem saraf pusat terlibat dalam termoregulasi, proses yang menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas pada tubuh. Tapi belum jelas bagaimana mekanismenya bekerja.

Pada penelitian kali ini, tim memodifikasi tikus secara genetika, di mana mereka mengaktifkan sel saraf (neuron) tikus yang disebut Q neurons, yang terletak di bagian otak hipotalamus. Modifikasi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau cahaya.

Ilustrasi peneliti mengamati percobaan atau penelitian terhadap tikus.SHUTTERSTOCK/Gorodenkoff Ilustrasi peneliti mengamati percobaan atau penelitian terhadap tikus.

Baca juga: Seri Hewan Nusantara: Katak Mini Endemik Selatan Sumatera, Suaranya Senyaring Jangkrik

Tikus pun berubah menjadi kurang aktif, suhu tubuhnya turun 10-30 derajat celsius, nadi melambat, laju metabolisme berkurang, dan pernapasannya menjadi melambat.

Kondisi yang terlihat mirip dengan mati suri atau hibernasi tersebut berlangsung selama lebih dari 48 jam. Setelah itu, perilaku tikus kembali normal tanpa ada tanda-tanda kerusakan fisik.

"Kemampuan untuk menginduksi keadaan seperti itu pada mamalia yang tidak berhibernasi adalah langkah maju dalam pemahaman kita tentang mekanisme neuronal dari hipometabolisme (penurunan metabolisme) yang diatur,” tulis peneliti.

Halaman:
Sumber SCMP
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com